Ms.Ma Goddess of Revenge (Ms.Ma Nemesis) Episode 2 ~ by2206am

Ms.Ma Goddess of Revenge (Ms.Ma Nemesis) Episode 2 ~ by2206am




 Det.Cheon tiba dihutan seorang diri, namun tak menemukan keberadaan Ms.Ma, hanya ada ponsel yang tergeletak di tanah. Dengan menggunakan sarung tangan ia memasukkan ponsel itu kedalam kantong plastik, tak lupa Det.Cheon segera melaporkan hasil kerjanya kepada Det.Han.
Det.Han : “Cari tahu pemiliknya dan dapatkan riwayat panggilannya!”, perintahnya sambil keluar dari mobil usai parkir di halaman kolumbarium tempat abu Min Seo di semayamkan. Setelah panggilan berakhir, det.Han langsung menyiapkan pistol karena yakin Ms.Ma sekarang berada di dalam.





Insting det.Han memang kuat, Ms.Ma kini berdiri dihadapan abu Jang Min Seo sambil membawa buket bunga krisan kecil kesukaan sang anak.  “Ibu datang, Min Seo~yaa” . Setelah meletakkan buket di lantai, dengan berurai air mata perlahan Ms.Ma mengusap kaca pembatas abu, ia berusaha merasakan keberadaan Min Seo dan berkata, “Ibu akan membawakan hal – hal lain nanti”. Hal itu memunculkan sekelebat kenangan manis mereka berdua saat melakukan piknik di pinggir sungai Han. Ms.Ma menyuapkan kimbab buatannya ke dalam mulut mungil sang anak. Perkataannya dimasa kini tetap berlanjut sambil mengiringi ingatan memori bahagia yang sedang diputar, 

 “Pizza, Tteokbokki, galbijjim dengan kastanya, dan kimbab tanpa wortel.


Ibu juga akan membelikan es krim bulat rasa stroberi dan cokelat”. “Ibu disini Min Seo”. “Ibu disini...“




Det.Han memasuki lobi, ia kemudian menanyakan letak abu Jang Min Seo, gadis kecil yang meninggal pada tahun 2009.
Petugas : “Jang Min Seo... Apakah anda ayahnya ?”, pertanyaan itu membuat det.Han sedikit kaget :D, “bukan, aku hanya....”, sangkal det.Han yang belum tuntas namun disela oleh petugas, “Pergilah ke H109”
Det.Han : “H109, baiklah. Kemana aku harus pergi ?”
Diiringan gerakan tangan, petugas menjelaskan dengan sangat ramah , “Letaknya di lantai dua, setelah belokan ke tiga akan terlihat bagian H”



 Akhirnya det.Han berhasil menemukan Ms.Ma, ia segera mengeluarkan pistol yang sudah siap menembakkan peluru. Adegan kejar – kejaran di tangga tak bisa dihindari. Saat Ms.Ma hilang dari pandangannya, di ruangan yang cukup luas itu Det.Han mengeluarkan kalimat – kalimat provokasi agar Ms.Ma keluar dari tempat persembunyian, “Aku tahu kamu disini. Kamu datang karena merindukan puterimu ? Tapi dia tidak akan mau bertemu denganmu. Anak mana yang mau bertemu dengan ibu yang membunuhnya. Benar,, kamulah yang membunuh anakmu”.



Ketika menemukan celah, Ms.Ma kembali berlari, namun sayang karena ia menuju pintu yang salah, 



Pintu keluar itu terkunci. Det.Han mulai berjalan mendekat dan berujar mengeluarkan semua isi kepalanya yang mengganjal dan masih menjadi kepingan teka - teki, “Apa alasanmu, kenapa tiba – tiba kamu kabur setelah sembilan tahun ? Katakan !!”. 




Pertanyaan itu belum sempat di jawab Ms.Ma, fokus Det.Han teralih oleh panggilan det.Cheon yang menginformasikan bahwa ponsel dan mobil yang di gunakan oleh Ms.Ma adalah hasil curian. Dengan posisi masih menodongkan senjata, det.Han meminta det.Cheon untuk segera datang, “Aku menangkapnya, jadi datanglah ke Rumah Abu Hijau di Sannae-dong”.


Selangkah demi selangkah, det.Han berjalan mendekat sambil mengeluarkan borgol dari saku celana belakang, “Aku akan mendengarkan ceritamu lain kali, ulurkan tanganmu”, perintahnya. Kalimat itu membuat Ms.Ma juga ikut berjalan menghampiri det.Han tetapi Ms.Ma tampak memikirkan rencana licik. 


Borgol berhasil dipasangkan di tangan kanan Ms.Ma yang terulur, namun Ms.Ma langsung menghentakkan tangan det.Han, membuat pistolnya terjatuh. Ms.Ma memelinting dan menggigit lengan kanan det.Han.  Lalu dengan bengis ia mendorong tubuh det.Han memecahkan pintu keluar yang terkunci tadi.




Det.Han terguling di tanah, Ms.Ma berteriak marah melemparkan pot bunga besar dihadapannya. Segera ia mengambil pecahan pot dan menjambak det.Han karena sudah mengeluarkan kata – kata menyakitkan, “Jangan berani - berani bicara sembarangan di depan putriku. Aku tidak membunuhnya. Aku tidak membunuhnyaaaa !!”, ancam Ms.Ma penuh kemarahan.


Ms.Ma mengambil kunci borgol untuk membebaskan tangan kanannya. Det.Han sendiri hilang kesadaran setelah kepalanya dihantamkan ke lantai yang cukup keras. Saat tersadar, det.Han hanya mampu memandang mobil Ms.Ma yang semakin menjauh. Ia berdiri merenung di depan kolumbarium dan memutuskan pergi menemui pak Lee (staf RS Forensik Nasional),





Pak Lee : “Salah satu pakaian perawat menghilang saat awal musim panas tahun lalu dan dua tanaman juga menghilang sebelum musim gugur. Awalnya ada keributan tapi mereka mengabaikannya karena tidak terjadi apa - apa”, paparnya, sementara det.Han mendengarkan sambil mengeluarkan pakaian pasien tahanan dari tas. Tak sengaja kotak kecil berisi jarum dan benang terjatuh dari selipan baju. 




Tanpa pikir panjang det.Han langsung berlari menuju bangsal tempat tidur Ms.Ma dan memungut kembali gumpalan benang yang ada di lantai. Sepertinya det.Han menemukan sesuatu sehingga ia langsung memeriksa ranjang Ms.Ma, dan benar saja, di bawa bantal terdapat potongan – potongan kain putih sprei ranjang. 



Flashback
Tengah malam ketika semua pasien tahanan sudah terlelap, Ms.Ma masih terjaga, ia menjahit pakaian dari sprei ranjang dengan bersembunyi di bawah selimut

Terjawab sudah satu pertanyaan bagaimana Ms.Ma mampu mendapatkan pakaian untuk melarikan diri. (baju perawat, sepatu kets, baju polos = hasil curian, overall putih = buatan sendiri).



Flashback End
Penyelidikan berlanjut hingga ke ruang tahanan isolasi (ruang tahanan kecil yang sangat sempit), kekuatan besar Ms.Ma yang sanggup menyerang dan mendorong det.Han yang tubuhnya lebih besar dua kali lipat  juga membuat det.Han bertanya – tanya, darimana kekuatan itu berasal.


Pak Lee : “Dia membuat kekacauan dan dikurung di sini dua atau tiga kali sepekan”
Pak Choi ikut menimpali, “Dia selalu naik ke dekat jendela dan bilang ingin melihat keluar”. 






Setelah mendengar pernyataan mereka, Det.Han seakan bisa membayangkan apa saja yang dilakukan Ms.Ma di ruang isolasi, ia bisa menangkap maksud tersembunyi dari perilaku Ms.Ma tersebut usai melihat jejak tangan lusuh di jendela. Ms.Ma sering menyulut pertengkaran dengan pasien lain, salah satu tujuannya agar ia bisa masuk ruang isolasi, sehingga dengan leluasa Ms.Ma bisa berolahraga pull up bergelantungan di jendela untuk menguatkan otot-otot lengan, mempersiapkan fisik agar bisa keluar dari RS dan membalaskan dendam atas kematian Min Seo.





Det.Han, pak Lee, dan pak Choi kembali ke bangsal tidur
Det.Han : “Kekacauan macam apa yang sudah ia perbuat ?”
Pak Choi : “Bukan hal besar, dia menyembunyikan barang – barang teman sebangsal, berkelahi dengan mereka tanpa alasan, ikut campur dalam perkelahian dan memperburuk keadaan”
Det. Han : “Tanpa alasan ?”
Pak Choi : “Saatku tanya alasannya, dia selalu mengatakan hal serupa. Katanya dia seperti itu untuk mempelajari manusia atau semacamnya” ucapnya detail. Refleks pak Choi malah mengumpat di depan det.Han karena sebal dengan Ms.Ma, “Dasar wanita gila”, sontak ia segera membungkam mulut dengan kedua tangan.

Semakin banyak teka-teki baru muncul di kepala det.Han, “Mempelajari manusia?”, gumamnya pelan.



Det.Han menghampiri kumpulan buku – buku yang selama ini di baca Ms.Ma, “Dia membaca buku lain ?”
Pak Choi : “Tim urusan umum seharusnya punya daftar buku yang dia pinjam”
Det.Han : “Begitu, ya. Aku minta salinannya”, ucapnya dengan nada sangat serius sambil memegangi salah satu buku pinjaman Ms.Ma yang berjudul Apakah Manusia Memiliki Sifat Merusak. “Tapi kenapa dia melakukan ini ?”, tanya det.Han di dalam hati.

Pak Lee : “Dia disini selama sembilan tahun. Kenap tiba – tiba kabur ?. Dia melakukannya untuk membuatku menderita atau apa ?”, gerutu pak Lee tanpa ada yang memperhatikan.




Di jalan raya, det.Han memacu mobil sambil berulang kali memutar rekaman suara Ms.Ma dengan sang suami. “Aku tidak membunuh Min Seo, seseorang membunuh putriku, aku akan menemukannya, dan membalas dendam atas perbuatannya kepada putriku. Aku akan.. menghantam kepalanya dengan batu dan membunuhnya”. Det.Han sejenak menggerakkan dan memandangi tangan bekas gigitan yang kini dibalut perban. Ia memikirkan kembali kata – kata Ms.Ma, berusaha menelusuri kebenaran yang belum menunjukkan titik terang. 



Perintah det.Han kepada salah satu bawahannya yang meminta untuk menghubungi pers, menyebabkan banyak reporter berkumpul di depan Kantor Polisi tempat det.Han kini berada, mereka sibuk meliput, seorang reporter wanita melaporkan di TV dengan suara lugas nan tegas,
Tahanan yang kabur membantah tuduhan membunuh putrinya tapi karena ada bukti tambahan yang ditemukan saat itu,dia diberi hukuman penjara seumur hidup. Dia termasuk tahanan yang butuh perawatan medis setelahnya dan dipindahkan ke Rumah Sakit Forensik Nasional. Terlepas dari pencarian luas yang dilakukan militer dan polisi, keberadaan tahanan yang kabur belum diketahui. Mobil yang tampaknya dicuri tahanan tersebut ditemukan di dekat Stasiun Daejeon, tapi tidak ada petunjuk soal rute pelariannya”. 



Suara reporter tidak terdengar usai TV dimatikan oleh seorang pria yang jabatannya lebih tinggi satu tingkat di atas det.Han, dengan sedikit emosi pria itu membanting remote di atas meja, berbeda dengan det.Han yang hanya duduk diam dengan tatapan kosong , sepertinya ia takut telah membuat keputusan salah di masa lalu, dengan memenjarakan Ms.Ma dan membiarkan pelaku sebenarnya menikmati kehidupan bebas yang menyenangkan selama 9 tahun.



Kepala Kepolisian : “Jika kamu memberitahu pers tanpa persetujuanku dan bahkan menggerakkan militer, seharusnya dia sudah tertangkap. Han Tae Kyu, apa – apaan kamu ini ?”, marahnya pada det.Han, sementara keempat bawahan hanya mampu tertunduk di belakang menyaksikan sang atasan yang menerima amukan.
Det.Han mengucapkan permintaan maafnya, ia bahkan rela menanggung segala konsekuensi karena telah menimbulkan masalah. “Bertanggung jawab, bagaimana kamu akan bertanggung jawab ?”, bentak atasan sekali lagi.
Det . Han : “Aku akan berhenti jika perlu”, jawabnya menunjukkan raut wajah terpukul

Kepala Kepolisian tak percaya dengan jawaban yang didengarnya barusan, “apa ? berhenti ?. 



Ditengah pembicaraan itu, masuklah seorang wanita bernama Yang Mi Hee yang merupakan Kepala Jaksa.
Mi Hee : “Kudengar kamu kehilangan dia (Ms.Ma) ?”, tanyanya memastikan.
Kepala Kepolisian bertanya balik dengan sopan, “Tapi ada urusan apa anda kemari ?”.
Mi Hee : “Aku menangani kasus dia sebelumnya. Kini aku ditunjuk lagi. Siapa mereka ?”, tanyanya sambil menengok menatap seluruh bawahan det.Han.
Kepala Kepolisian : “Bawahan det.Han”
Mi Hee : “Benarkah ?”, Ia berjalan menghampiri bawahan sambil menampari pipi mereka satu per satu dan berkata, 


“Jika mau membantunya..”


“Berusahalah lebih keras..”
“Jangan membuat Tae Gyu berhenti dari pekerjaannya..”

“Keluar”, usirnya halus




Mi Hee lanjut menasihati Kepala Polisi, “Jika kamu membuatnya berhenti hanya karena kehilangan wanita gila, semua detektif di negara ini juga harus berhenti. Bukan begitu ?”

Mi Hee kemudian bertanya, “apakah kau sudah makan ?”. det.Han menaikkan alis, tak menyangka Mi Hee akan menanyakan sesuatu yang tidak penting padanya.





Det.Han sudah berada di restoran, melahap semangkuk sup nasi besar dengan ditemani Mi Hee yang hanya duduk tanpa memesan makanan apapun, “apa tanganmu baik – baik saja ?”,. Det.Han menjawab singkat dengan menggerak-gerakkan lengannya, “iya”. Mi Hee akhirnya mengumpat, “Apa dia anjing ? Kenapa jalang itu menggigitmu ?”
Det.Han : “Tampakknya dia sudah sadar”, jawabnya tanpa memandang Mi Hee
Mi Hee : “Aku juga mendengarnya. Apa yang akan kamu lakukan sekarang ?”
Det.Han : “Aku akan menangkapnya”
Mi Hee : “Yah, sebaiknya tangkap dia. Hidup atau mati, kembalikan dia ke penjara”, perintahnya dengan suara sedikit berbisik



Det.Han : “Jaksa Yang ?”
 “Apa?”, jawab Mi Hee dengan nada ketus. Det.Han mengatakan akan menyelidiki ulang kasus Ms.Ma karena ada yang mengganjal pikirannya dan ia merasa ada sesuatu yang terlewatkan.
Mi Hee : “Tapi kasus ini sudah ditutup sembilan tahun lalu. Bagus kamu mengungkitnya. Kita, kamu dan aku.. menangkapnya bersama saat aku baru menjadi jaksa, dan kamu detektif pemula. Kini kamu ingin menyelidiki ulang kasusnya ?”, tanyanya dengan raut wajah menyiratkan ketidak setujuan.
Mi Hee melanjutkan, “Kamu ingin memberitahu semua orang bahwa kita mungkin memenjarakan wanita yang tidak bersalah selama sembilan tahun ?”
Det.Han akan menjawab tapi disela oleh Mi Hee, “Habiskan saja makananmu!”


Det.Han : “Jaksa Yang..”
Mi Hee : “Aku baik kepadamu karena kasihan kamu hanya lulusan SMA, dan kini kamu bersikap manis kepadaku. Katakan hal seperti itu lagi, dan aku akan merobek mulutmu”, ejeknya. Perkataan itu membuat det.Han jengkel sehingga secara refleks ia menaruh gelas dengan sedikit membanting.






Det.Han menyerahkan daftar buku yang di pinjam Ms.Ma kepada para bawahan. Salah seorang bawahan baju abu - abu bertanya was-was, “Anda tidak menyuruh kami membaca semua buku – buku ini kan ?”
Det.Han : “Ini daftar buku yang dia baca sampai hari dia kabur”

“Ini siksaan”, protes bawahan berbaju biru. Det.Han tak memperdulikan rengekan mereka.


Setelah beberapa saat mengamati, bawahan baju abu-abu merasakan kejanggalan, “Tunggu, ini aneh”
Det.Han : “Apa yang aneh”

Bawahan : “Tanggalnya pak. Dia mulai membaca banyak buku kira – kira setahun yang lalu”



Det.Cheon ikutan menyuarakan pikiran, “Kamu benar. Dia tidak membaca apa pun sebelumnya.”
“Tiba – tiba dia ingin belajar. Tunggu, bukankah ini waktu kita mengunjunginya pak ?”

Bawahan baju biru bertanya, “Kenapa kau mengunjunginya ?”. 
Det.Cheon : “Det.Han ingin menunjukkan film atau semacamnya. Kurasa itu film sejarah”.




Det.Han baru ingat, ia buru – buru pergi mencari DVD film yang dimaksudkan tadi di laci kerjanya.  Ia menatap cover DVD yang berjudul “Shaman” sambil bergumam, “Tidak mungkin..”




Flashback satu tahun lalu
Det.Han bersama tim, minum malam bersama. Saat itu, TV di rumah makan sedang memutar film Shaman, adegan menampakkan seorang hantu wanita memakai hanbok putih yang dikejar - kejar
“Berhenti”
“Berhenti disana, berhenti !”

“Tangkap dia”



Det.Cheon yang mulai mabuk, menyarankan untuk mengganti ke channel olahraga bisbol dengan gayanya yang manja tapi ditolak halus oleh bibi pemilik kedai, “Tunggu sebentar saja, tahukah kamu mereka syuting film di kota ini”
“Ommoo, itu jalan ke Gongju. Kamu tidak tahu itu dimana ? Itu didekat Gunung Yongam (Lokasi terbunuhnya Min Seo)”

“Aigoo , seharusnya aku tidak mengobrol dan kembali bekerja, panggil aku jika kalian membutuhkan sesuatu yah..”


Det.Cheon mengomentari film itu dengan candaan, “Kalian tahu, Dinasti Joseon runtuh, karena para penjaga keamanan hanya mengejar hantu. Astaga”



Det.Cheon hendak mengganti channel namun det.Han menghentikannya dan merampas remote TV, ia fokus memperhatikan wajah Seo Soo Jung (aktris pemeran utama film Shaman).




Flashback end

Kaset DVD sampai di hadapan Kepala, “Aku tahu alasan dia (Ms.Ma) kabur, dia mulai menyiapkannya sejak menonton film ini”, tutur det.Han cepat tanpa bernafas. Tetapi pak Kepala malah menyuruh det.Han menyerahnya kasus ini ke Kepolisian Seobu, sepertinya Kepala Kepolisian berusaha menjauhi kasus Ms.Ma untuk mencegah terjadinya masalah besar yang sewaktu-waktu bisa terjadi. Tentu det.Han sangat kaget mendengar komentar tersebut, “apa?”



Dengan tenang pak Kepala memperjelas penuturannya, “Kepolisian Seobu akan menangani kasusnya mulai hari ini”
Det.Han kecewa mendengarnya, “Sajangnim..”
Kepala Polisi : “Kamu bilang akan bertanggung jawab atas ini bukan? beristirahatlah sementara waktu. Skors bisa dianggap liburan tahu. Liburan panjang”, perintahnya sambil mengingatkan.Hal ini membuat det.Han tak sanggup berkata – kata lagi.


(Oh iya untuk mengingatkan, sebenarnya nama asli pemeran utama di drama ini bukan Ms.Ma, saya sendiri juga belum tahu. Lho kok ?? kenapa admin menyebutnya Ms.Ma ?? sabar menunggu aja, nanti pasti akan saya tuliskan kisahnya :D) 




Di dalam gelapnya bis umum yang sedang melaju, terlihatlah Ms.Ma yang mengenakan pakaian bak Nyonya Gangnam, ia duduk seorang diri menscroll layar ponsel yang sedang menampilkan informasi mengenai Ma Ji Won, penulis novel ‘Maze Game’




Tiga Bulan Kemudian..

Kamera menyorot lalu lalang kendaraan, seorang ibu menunggu kepulangan sang anak di halte, para ajumma sedang berbincang – bincang menyusuri taman, dua haraboji yang duduk bercengrama sambil membaca koran, terlihat pula seorang polisi yang berjalan sambil menatap ponsel dan menyeduh kopi hangat, ia kemudian bertegur sapa dengan seorang bibi. Iya,, kamera sedang merekam aktifitas hangat di Desa Pelangi. 




Ternyata sedari tadi polisi yang akrab di panggil Bae Do Hwan itu sibuk melihat foto wanita seksi. Setiba di kantor polisi, ia langsung mendapat tatapan tajam ny.Hong yang sudah lama mengetuk – ngetuk pintu kantor yang terkunci. Namun tatapan itu tak berlangsung lama, “Aku bu Hong yang bekerja di perpustakaan desa”, ucapnya terdengar ramah.



Sebelum menjawab Do Hwan memberi hormat ala tentara, “Oh iya”
Ny.Hong  : “Kenapa polsek di desa kita selalu mengunci pintunya seperti itu ?”, tanyanya dengan gestur tubuh centil
Do Hwan : “Kepala sedang tidak bertugas, aku juga keluar makan siang”
Ny.Hong langsung memprotes kesal, “”Bagaimana jika ada pencuri masuk desa saat kepala sedang tidak bertugas dan kamu keluar makan siang ?”





Do Hwan tersenyum, segera ia membuka pintu masuk sambil berkata membela diri, “Kita diberi penghargaan sebagai desa tanpa kejahatan. Tidak mungkin”, jawabnya sambil tertawa lebar. “Jika itu terjadi, anda bisa menghubungi 911. Kami akan langsung datang”, timpal Do Hwan lagi sambil mengeluarkan tanda peace.
Ny.Hong semakin memanas, ia menjawab sambil menirukan gaya Do Hwan barusan, “Perpustakaannya tepat berada di depan stasiun, haruskah kami susah – susah menghubungi polisi ?”
Do.Hwan : “Ada apa memangnya anda kemari ?”, tanyanya diiring tawa garing

Ny.Hong : “Kartuku dicuri!! Kartu kreditku!!”



Mereka melanjutkan obrolan di dalam ruangan. Ny.Hong bergidik ngeri menyadari betapa berantaknya kondisi di dalam, bungkus – bungkus snack berserakan memenuhi meja, “Astaga disini bau”.



Do Hwan acuh dengan kejorokan itu, ia duduk manis di depan layar komputer dan mulai menuliskan laporan kehilangan Ny.Hong, “Kartu kredit.. Anda sudah melaporkan kartunya hilang ?”
Ny.Hong : “Sudah kubilang kartuku dicuri!!”, tegasnya ulang
Do Hwan santai menghadapi omelan itu sambil menghapus ketikan di komputer, “Ahh,, benar juga. Seseorang mencurinya. ‘PENCURIAN’”
Ny.Hong : “Ah, lupakan saja. Aku sudah tahu siapa pencurinya!”
Do Hwan : “Siapa ?”
Ny.Hong : “Penjahat itu”
Do Hwan : “Nee..?”


Ny.Hong dengan gaya khas ibu penggosip, mulai bercerita, “Aku sedang menata buku diruang membaca dan tiba – tiba penjahat itu masuk..”





Flasback
Tampak seorang lelaki garang memasuki perpustakaan, ia menatap Ny.Hong dengan tatapan mematikan bak ketua Gangster. Ny. Hong takut dengannya, ia memutuskan memasuki ruang area istirahat. Selang beberapa menit Ny.Hong sadar telah meninggalkan tas dan dompetnya. Sepeninggalan pria yang bernama Ko Mal Goo itu, Ny.Hong kembali ke ruang baca, memeriksa barang-barangnya, namun tak menemukan kartu kredit kesayangannya.



Flashback End
Do Hwan dengan gaya riang lanjut menyelidiki, “Ada orang lain yang datang ?”
Ny.Hong : “Tidak ada”, jawabnya yakin
Do Hwan : “Baiklah, Pak Kepala akan segera datang. Kami akan menanganinya...”ucapannya langsung disela Ny.Hong yang semakin gemas dan kesal menghadapi Do Hwan, “Hei. Aku baru mengajukan laporan, aku juga memberi tahu penjahatnya. Maka seharusnya kamu menangkap dia sekarang!!”

Do Hwan : “Tapi tidak ada bukti kuat untuk membuktikan dia penjahatnya”, 



Perdebatan sengit itu masih terus berlanjut. Karena jengah mendengarkan omelan seorang ajumma, diam – diam Do Hwan mengambil ponsel dan menekan nomor telepon yang ada di dalam ruang kantor, setelah telpon kantor berbunyi ia berpura-pura mendapat telpon penting (padahal yang menelpon dirinya sendiri ;D, lucu pokoknya pas adegan ini ekspresi para pemainnya :D), “Oh, halo, ini brigadir Bae Do Hwan dari Polsek Rainbow. Apa ? Apa anda bilang ?. Baik aku mengerti. Aku segera kesana, ” Do Hwan cepat – cepat meninggalkan kantor, mengacuhkan segala ucapan Ny.Hong, “Hei, kau mendengarkanku ?”



“Ada hal medesak. Aku akan menangani kasus anda setelah ini. Hormat”, yakinkannya sambil memakai topi, melarikan diri
Ny.Hong hanya bisa menggerutu sebal, “Ini juga mendesak. Tunggu. Astaga”“Ada hal medesak. Aku akan menangani kasus anda setelah ini. Hormat”, yakinkannya sambil memakai topi, melarikan diri
Ny.Hong hanya bisa menggerutu sebal, “Ini juga mendesak. Tunggu. Astaga”




Ny.Hong menceritakan keluh kesahnya ke Ny.Park, ajumma yang selalu membawa payung kuning kemanapun ia pergi. Ny.Park menyarankan untuk mengajukan pembuatan kartu kredit baru namun Ny.Hong menolak, “Tidak bisa Unni, aku menggunakan foto keluarga kami untuk membuat kartu itu”
Ny.Park : “Kartu kredit dengan foto sendiri ?”
Ny.Hong dengan nada sedih menjawab, “Iya.. Itu foto Mi Young saat dia masih kecil dan cantik. Aku bahkan tidak bisa meminta foto itu dicetak ulang”
Lantas Ny.Park berusaha memberikan alternatif penyelesaian, “Bagaimana jika meminta tolong pada wanita itu ?”

Ny.Hong : “Nee.. ?”


Ny.Park : “Kamu tahu,, penulis yang baru pindah ke daerah sini”

Sejenak mereka berhenti berjalan, Ny.Hong menunjukkan ekpresi tidak suka atas usul itu, “Oo.. Aa.. Maksudmu wanita lajang tua yang bernama bu Ma ?”


Ny.Park sendiri kelihatan sudah berteman baik dengan Ms.Ma sehingga ia berusaha membelanya, “Dia sangat cermat karena menulis novel misteri. Tas Woo Joon menghilang, tapi dia membantuku menemukannya dengan cepat”, ujarnya meyakinkan Ny.Hong
Ny.Hong : “Tas Woo Joon hilang lagi ?”

Ny.Park : “Iya dan ternyata itu tersembunyi dikamarnya”


Ny.Hong tidak bisa menangkap maksud dari kalimat itu, “Nee ??”, akhirnya Ny.Park menambahkan penjelasan, “Dia (Woo Joon) bilang tasnya hilang karena enggan pergi ke akademi, aku memeriksa kebawah ranjangnya dan menemukan semua tas yang selama ini dia (Woo Joon) bilang hilang setelah aku mendengarkan analisis bu Ma”.



Ny.Hong kaget mendengar betapa hebat kemampuan penyelidikan yang dimiliki Ms.Ma, “Jadi, wanita itu yang menemukan semuanya ?
“Aku tidak menyukai wanita itu”
“Aku tidak suka dia mengendap – endap di daerah sini”

“Dia beberapa kali berkunjung keperpustakaan dan bahkan menanyakan alamat salah satu anggota kami”, tuturnya sambil menatap Ny.Park




Adegan berganti ke kantor kepolisian desa pelangi
Kepala Jo : “Apa ? Bu Hong dari perpustakaan datang kemari ?”
Do Hwan : “Iya, astaga,, maksudku dia bisa saja melaporkan atas kehilangan dan meminta kartu kredit baru dicetak. Tapi dia memperlakukanku seperti bocah dan itu mengesalkan” curhatnya, menumpahkan kejengkelan yang sedari tadi dipendam. 



Kepala Jo mengkhawatirkan tragedi tadi, “Astaga Do Hwan, suaminya Bu Hong seorang dokter dan sepupunya adalah kepala unit investigasi daerah. Kamu benar – benar membuatku panik. Dia kemana sekarang ?”
Do Hwan tak menanggapi terlalu serius penuturan Kepala Jo, ekspresinya normal jauh dari kata cemas, “Dia bersama seorang wanita berpayung kuning”
Kepala Jo : “Ny.Park, Istrinya pengacara Choi ?”

Do Hwan : “Anda tahu banyak hal”



Kepala Jo pun menggurui Do Hwan, “Itu hal – hal yang harus kamu ketahui. Kamu pikir orang – orang dipromosikan begitu saja ? ”
Do Hwan malah mengejek dengan nada bercanda, “Aigoo,, lantas anda dipromosikan karena menjilat orang ?”
Kepala Jo : “Itu bukan hal yang memalukan. Kamu harus membungkuk jika perlu. Dibutuhkan keberanian untuk memuji seseorang dan menjadi sukses”, sementara Kepala Jo berusaha membela diri, sedari tadi Do Hwan memasang raut wajah mengejek, “Itu cukup masuk akal”.
Kepala Jo : “Tapi tunggu. Jika dia bersama Ny.Park berarti dia menemui wanita itu lagi ?”

Do Hwan : “Wanita itu ?”



Di ruang baca perpustakaan tampak seorang wanita yang fokus merajut menggunakan benang wol coklat pudar.



Angin berhembus, menerbangkan tirai – tirai seiring kamera bergerak menyorot wajah wanita itu yang saat ini sedang membuka lembaran – lembaran buku tebal yang tersusun rapi di rak. Iya, dia adalah Ms.Ma, tahanan yang kabur dari Rumah Sakit Forensik Nasional, kini ia membiarkan kacamata menghiasi wajah anggunnya. Terdengar suara Ny.Park yang memanggil – manggil akrab, “Hei, kamu di dalam ?”
“Ms.Ma..?”
“Ms.Ma.. ?”


Setelah panggilan kedua, barulah Ms.Ma menjawab dan tersenyum ramah menatap Ny.Park, “Halo, bu Park”.

Bersambung....