Ms.Ma Goddess of Revenge (Ms.Ma Nemesis) Episode 4 ~ by2206am
Ketika sebuah mobil melintas, Ms.Ma segera mengeluarkan ponsel untuk memotreti dua orang yang baru saja turun.
Secatik kertas anonimus tergeletak di teras rumah, hal itu berhasil menghentikan langkah Mal Goo sekembalinya dari kantor polisi.
Untuk Ko Mal Goo, “Seorang penjahat akan berakhir di penjara”
Seseorang yang selalu menunjukkan ekspresi abai kini menampakkan raut wajah yang begitu kesal. Segeralah ia menyobek dan meremas dengan erat benda laknat itu. Mal Goo mengamati lingkungan sekitar, namun tak mendapati sosok yang mencurigakan.
Surat misterius tak hanya mengancam ketenangan sang rentenir, Ms.Ma juga mendapatkannya. Kita tidak diperlihatkan apa isi pesannya, Ms.Ma langsung meletakkan surat di atas meja berdekatan dengan kacamata sambil menghela nafas. Ia tampak sangat lelah sehingga tidak terlalu memikirkan ancaman murahan itu.
Beberapa menit berlalu, Ms.Ma kini telah terlelap di kursi ruang tamu. Kamera menyorot berbagai sudut interior ruangan kediamannya dimana barang – barang tersusun sangat rapi dan bisa disimpulkan jika selama ini Ms.Ma jarang menyantap makanan rumahan karena terdapat beberapa cup ramyun serta nasi lauk instan yang siap mengganjang perut Min Seo Eomma.
Ditengah tidur nyenyak itu, Ms.Ma terbangun karena bunyi bel yang berulang – ulang terdengar. Sadar tak bisa acuh karena ia seorang buron, dengan was-was Ms.Ma mengintip dari balik jendela. Min Seo yang baru pulang sekolah tiba – tiba membuka pintu membuatnya terbelalak.
Sambil menyerahkan tas berat yang membebani punggungnya, Min Seo meminta sang ibu untuk membuatkan makanan. Ms.Ma masih diam mematung, namun sepersekian detik ia tersadar dan segera membawakan kimbab serta minuman segar ke hadapan Min Seo yang kini menonton TV.
Min Seo : “Ibu sudah mengeluarkan wortelnya ?”, tanyanya lugu
Ms.Ma mengangguk membenarkan.
Min Seo : “Bagaimana dengan pekerjaan ibu ?”
Ms.Ma : “Ibu akan pergi”
Mendengar kalimat itu membuat Min Seo berusaha memohon dengan nada sedih, “Tidak bisakah ibu menyerahkannya kepada ayah dan tetap bersama denganku ?”
Ms.Ma tersenyum, ia menjawab akan mengabulkan permintaannya.
Min Seo : “Ibu sedang apa?“, tanyanya sembari melumat menikmati makanan.
Ms.Ma : “Berdoa”
Min Seo : “Untuk apa ?”
Ms.Ma berusaha menjawab dengan tetap tersenyum, “Ibu berdoa agar ibu tidak bangun”
Min Seo menanyakan alasannya dan mendapati jawaban, “Karena ibu tahu ini mimpi”
Air mata mulai menitik dari mata sendu Min Seo, “Benarkah ? Aku sudah mati bukan ?. Saat aku meninggal, ibu menangis tersedu – sedu ?. Siapa yang membunuhku ? Eomma.. ?”
Ms.Ma meminta agar sang anak memanggil namanya sekali lagi tetapi Min Seo hanya diam terpaku, “Ibu mohon panggil ibu sekali lagi. Ibu mohon...”
Semua yang ada di hadapannya menghilang seketika, Ms.Ma terbangun dengan nafas tidak beraturan. Bel pintu kembali berbunyi, “Min Seo..” Yang diharapkan tidak terwujud, ia malah mendapati det.Han, det.Cheon serta puluhan polisi lain yang bersiap mengembalikannya ke tahanan. Det.Han berjalan mendekat sambil menyodorkan borgol diiringi tatapan tajam.
Ms.Ma akhirnya benar-benar bisa terbebas dari mimpi buruk itu. Ia terbangun dengan kedua tangan yang bergetar hebat, membuatnya menangis ketakutan di tengah malam.
Keesokan harinya, seorang ajumma bermasker berolahraga dengan menalikan anjing mini di pinggangnya
Ny.Yang menghampiri untuk menyebarkan gosip terhangat, “Kudengar suasana tadi malam sangat kacau. Ms Ma menyebarkan rumor suami bu Hong yang berselingkuh. Jadi, bu Hong dan suaminya bertengkar hebat tadi malam”, ocehnya berapi – api.
Ny.Oh membuka resleting masker dan mengatakan jika Ms.Ma adalah wanita hina yang berani mencampuri urusan keluarga orang lain.
Ny.Yang : “Benar bukan? Dia juga baru saja pindah”, sahutnya sambil berlari-lari kecil.
Ny.Oh : “Aku akan berbicara dengannya. Aku tidak bisa membiarkan ini. Dia anggap apa desa kita ?”
Ms.Ma baru selesai berbelanja, sementara Ny.Oh dan Ny.Yang menumpahkan omelan kepada Ny.Park yang tengah mencari udara segar.
Ny.Oh : “Kamu juga bersalah. Jika orang yang baru saja pindah melakukan hal semacam itu, seharusnya kamu menghentikan dia”
Ny.Park : “Astaga, aku terkesan menyuruhnya melakukan itu”
Ny.Oh terus saja menyalahkan, “Kamulah yang mengajaknya ke rumah bu Hong”
Ny.Park : “Itu karena...”
Akhirnya sang penyelamat datang, “Bu Park”, sapa Ms.Ma yang kemudian bertanya apa yang sedang terjadi.
Sebal mengingat kejadian kemarin, Ny.Park menjawab sekadarnya, “Bukan apa - apa”.
Ny.Oh : “Permisi kamu bu Ma kan ? Sebagai presdir perpustakaan, aku akan memberitahumu. Bukankah kamu terlalu menyebabkan kekacauan”, ucapnya sok berkuasa.
Ms.Ma : “Apa maksudmu ?”
Ny.Oh : “Aku enggan mengatakan ini, tapi.....”
Ms.Ma : “Maka jangan mengatakannya”, selanya cepat.
Ms.Ma lanjut berbisik, “Setiap bulan ada selisih harga antara buku sebenarnya dan faktur perpustakaan. Aku bertanya – tanya siapa yang mengambil selisihnya”.
Mimik wajah Ny.Oh mulai berubah, SKAK MAT ! Ms.Ma memenangkan percekcokan sementara Ny.Park tersenyum puas di bawah payung kuning.
Akibat tragedi itu, hubungan dua sejoli kembali membaik. Setelah beberapa saat bercengrama, Ms.Ma mengajak Ny.Park untuk ikut dengannya menemui Ny.Hong, “Aku tidak mau. Dia bertengkar hebat dengan suaminya karena kita, dia tidak akan mau menemui kita”.
Namun dengan sangat yakin sambil mengemasi alat rajut, Ms Ma menyuruh Ny.Park agar tidak cemas karena Ny.Hong pasti sedang menunggu kedatangan mereka karena penasaran akan suatu hal.
Pintu terbuka, Ny.Hong muncul dengan wajah kusut dan kedua mata yang bengkak, Ny.Park prihatin melihatnya
Ms.Ma : “Apa kau sudah menemukan kartu kreditmu ?”
Ny.Hong menunjukkan kartu itu, ia masih tak bersuara dan mengangguk membenarkan ketika Ny.Park bertanya apa Mi Young pencurinya.
Ny.Park : “Omo sesange. Berarti suamimu...”
“Tapi dia sama sekali menyangkalnya unni”, jawab Ny.Hong sambil merengek.
Rengekan berubah menjadi amarah, “Kamu tahu siapa bedebah itu bukan. Siapa dia?”
Untuk menjawab itu Ms.Ma meminta sebuah permintaan
Ny.Hong : “Aku tahu, aku tidak akan marah”
Namun bukan itu maksudnya, “Kamu harus marah, karena kita akan segera menemui sumpanan suamimu!!”
Di ruang istirahat perpustakaan Ny.Oh bersumpah akan segera membalas perbuatan Ms.Ma. Ingat akan sesuatu, Ny.Yang menyodorkan informasi dari ponsel, “Bu Oh selagi kita membahasnya, Lihatlah ini! Bukankah dia mirip Ms.Ma ?”
‘Buruonan kabur ke Tiongkok melalui Pelabuhan Incheon’
Mereka segera melaporkan hal itu ke Kepolisian.
Ketiga ajumma kembang desa melenggang penuh gaya. Ms.Ma melepas ikat rambut dengan begitu mempesona, Ny.Park mempersiapkan senjata cantik andalan, sementara Ny.Hong dengan aura penuh amarah sudah mempoles sempurna wajahnya.
‘Rumah Sakit Baekok’
Sebelum masuk, Ms.Ma kembali mengingatkan, “Baiklah, kalian ingat tugas kalian ?”
Ny.Park : “Bagaimana cara kami mengenali simpanan suaminya ?”
Ny.Hong : “Orang pertama yang diajak bicara oleh bu Ma”, jelasnya berbisik.
Aksi mulai digencarkan, terlihat salah seorang pegawai yang begitu gugup menyadari kehadiran Ny.Hong, ia segera mengirimkan pesan kepada seseorang. Ms.Ma hanya mengamati gelagat wanita simpanan yang kini telah terdeteksi keberadaannya..
Ny.Hong dan Ms.Ma melempar kode dengan tatapan mata.”Aku tertarik pada perawatan kulit”, ucap Ms.Ma mencoba berbosa – basi.
Wanita simpanan : “Perawatan kulit ?”
Ny.Park dan Ny.Hong saling melirik, sementara pemilik tempat perawatan memberitahu Ms.Ma jika Nona Cha lebih mahir daripada Nona Min. Tentu saja Ms.Ma menolak keras agar misinya segera tuntas. Ms.Ma akhirnya masuk ke ruang perawatan ditemani Nona Min dan sang atasan.
Di luar Ny.Park tidak bisa mengendalikan detak jantungnya setelah menggondol ponsel yang tergletak di meja, kemudian kedua ajumma menyusul menghampiri.
Ny.Hong : “Unni bagaimana ?”
Awal mula, ekspresi Ny.Park datar kemudian berubah tersenyum sambil menggenggam, memamerkan ponsel Nona Min yang berhasil ia curi, “Bagaimana apa nya. Jajaaang...”.
Ny.Park : “Bagaimana kamu tahu bahwa dia simpanannya ?”
“Foto – foto di rumah bu Hong”, jawab Ms.Ma.
Flashback
Narasi Ms.Ma : “Semua orang melihat ke depan tapi wanita itu melihat ke arah suami bu Hong,,”
Flashback End
Ms.Ma : “Bukti kuatnya mungkin ada di ponsel ini”
Setelah berhasil membobol kata sandi, didapatilah foto kebersamaan mereka berdua. Seseorang dengan nama ‘oppa’ tiba – tiba menelpon. Ny.Hong yang tengah dibutakan kecemburuan langsung mengangkat tanpa berfikir panjang, “Dimana kamu sayang ? Dimana kamu ?”, sentaknya masih belum tahu siapa yang diajak bicara.
“Menurutmu dimana ? Kamu yang mengambil ponsel adikku”, jawab pria yang kini berdiri di belakang ditemani dua anak buah, “Astaga apa yang harus kulakukan terhadap ketiga pencuri ini ?”
Setalah mendapatkan uang dari Ahn Seong Tae dan menunggu lampu hijau menyala, Mal Goo tanpa sengaja melihat tiga tetangganya di giring menuju suatu tempat (sepertinya tempat karaoke / tempat perjudian, maaf kurang tau:D).
Di dalam, pria dengan wajah sedikit babak belur itu menjelaskan bahwa ia adalah kakak kandung Nona Min dan mengatakan jika suami Ny.Hong hanyalah seorang bedebah yang telah berani menggoda sang adik.
“Aku akan melaporkanmu ke polisi”, ucap Ny.Park ketakutan
“Tentu, silahkan. Tapi jika kalian mencuri ini bersama, itu dianggap pencurian khusus. Saat kejahatan bersifat khusus, masalahnya sangat gawat”
“Aku meminta 50.000 dolar!. Jika aku mengatakan perbuatan suamimu maka rumah sakitmu akan segera ditutup”, ancam lelaki itu sambil memelototi ny.Hong
Ny.Hong jelas merasa keberatan. Tiba – tiba Mal Goo masuk, sontak tiga penjahat berkumpul merinding, namun Mal Goo hanya menyerahkan payung Ny.Park yang terjatuh di depan lalu pergi. Ny.Hong dan Ny.Park memohon pertolongan tetapi tidak diperdulikan, Ms.Ma angkat bicara, “Pak, jangan mengabaikan seseorang dari kampung halamanmu”, kata – kata itu membuat Mal Goo berbalik, berubah pikiran, “Bagaimana kau tau daerah asalnya ?”
“Sekarang aku tahu pasti”, jawab Ms.Ma penuh misteri. (aku tak tau lah sama maksud ucapan mereka berdua ini)
Sementara Mal Goo bergumul, ketiga ajumma hanya menjerit menyaksikan sambil berlindung dibalik payung yang dibukakan rentenir sekaligus gangster kenalan mereka.
Det.Han berhenti di depan kantor polisi desa pelangi untuk mencari alamat Lee Jung Hee tapi lagi – lagi pintu polres masih terkunci. Diam – diam ada wanita yang mengawasinya dari kejauhan.
Mal Goo memberikan tumpangan kepada para ajumma. Mereka berterima kasih karena bersedia menyelamatkan dari masalah besar. Dengan nada masih terdengar sinis, Ny.Hong menawarkan kebersediaannya memberikan data orang yang sebelumnya dicari Ms.Ma. Si lawan bicara malah diam sibuk memperhatikan Mal Goo, ia teringat kata – kata yang tergantung di pohon saat berhasil melarikan diri.
“Tapi biarkan keadilan mengalir bagai sungai, kebenaran bagai arus yang tidak berhenti mengalir”, gumam Ms.Ma.
Ms.Ma : “Bu Hong, kamu pernah dituduh secara tidak adil?”
Ditanya seperti itu Ny.Hong jelas bingung dan menanyakan maksudnya.
Ms.Ma meminta Mal Goo berhenti karena ia berhak mendapatkan ucapan maaf dari Ny.Hong, “Kamu mengalami kesulitan di kantor polisi karena bu Hong”. Mal Goo berjalan menghampiri, menatap Ms.Ma dan Ny.Hong secara bergantian tanpa bersuara.
Ny.Hong masih berusaha mempertahankan harga diri, “Apa ucapan terima kasih saja tidak cukup ?. Ada apa ? Biarkan saja ? Kamu meminta bantuanku”
Ms.Ma tak mau tahu, ia menyuruh melupakan permintaan itu dan tetap memaksanya meminta maaf.
Ny.Hong hanya mengucapkan satu kata sambil tersenyum, “Mianhae-yo..”
Perkataan itu tidak membuat Ms.Ma puas meskipun Mal Goo menjawab tidak masalah, “TIDAK INI MASALAH. Bu Hong, kamu melaporkan dia atas hal yang tidak dia lakukan. Dia secara tidak adil dibawa ke kantor polisi dan dihina di depan banyak orang. Dia mengalami itu semua karena kamu dan kamu meminta maaf kepadanya dengan sembrono. Hanya itu ?. Dia tidak melakukan kejahatan dan bisa saja dicap sebagai penjahat dan dihina selamanya, ‘Maaf’ apa itu cukup ? TIDAK”, nasihat Ms.Ma karena telah merasakan berada di posisi Mal Goo.
Dengan sangat menyesal akhirnya Ny.Hong mendekati Mal Goo, “Begini aku sangat menyesal, karena diberi tahu bahwa kamu penjahat aku berasumsi bahwa kamu mencuri kartu kreditku. Andai lebih berhati – hati, aku tidak mungkin melakukannya. Aku membuatmu dibawa ke kantor polisi, aku sungguh menyesal soal itu”, ucapnya sambil membungkun 90o.
Merasa semua urusan sudah beres, Ms.Ma melangkah pergi dan Mal Goo berlari menyusul, “Terima kasih, kamu membantu membersihkan namaku dan aku bisa mendapat permintaan maaf dari salah satu wanita itu”, ucap Mal Goo terdengar tulus sambil menyimpulkan senyum.
Ms.Ma malah menanggapi ketus, “Jangan berterima kasih kepadaku. Aku juga tidak suka penjahat. Aku tahu perbuatan orang – orang sepertimu”
Mal Goo : “Lantas mengapa kamu... ?”
“Entahlah”, jawab Ms.Ma singkat penuh tanda tanya.
Wanita yang diam – diam mematai det.Han terus mengikutinya hingga ke kantor daerah. Disana det.Han meminta alamat Lee Jung Hee, namun petugas tidak bisa memberikan informasi pribadi kepada sembarang orang. Ia tak memaksa lebih jauh, merasa ada yang mengawasi det.Han memutar pandangan, bukannya ke wanita itu, matanya malah berhasil menangkap sosok Ms.Ma yang berjalan lurus.
Wanita misterius berusaha menghentikan pengejaran, namun det.Han terus berlari dan beruntung hasilnya nihil karena Ms,Ma juga menyadari keberadaan det.Han sehingga ia sempat menyembunyikan diri.
“Dia ada di sini”, kata det.Han pada sang rekan sambil berusaha mengatur nafas kelelahan
Det.Cheon : “Kamu menemukan Lee Jung Hee ?”
Det.Han : “Bukan Lee Jung Hee”
Det.Cheon : “Wanita gila itu ? Aku akan segera ke sana. Aku butuh waktu dua jam atau lebih. Sampai jumpa”. Ternyata sedari tadi det.Cheon mengangkat panggilan di ruang kerja Mi Hee. (hayolooh det.Cheon ini orangnya siapa ??)
Menyadari bahaya yang mengancam, Ms.Ma secepat – cepat berkemas dan mencari tiket bus ekspress. Sejenak ia nampak ragu, setelah beberapa saat berjalan mondar – mandir dan menenggak sebotol air, akhirnya ia berhasil menjernihkan pikiran dan membatalkan keputusan bodohnya itu.
Tangan Ms.Ma meraih surat misterius yang masih tersegel rapat. Pesan didalamnya memiliki gaya penulisan yang sama persis dengan surat yang diterima Mal Goo. Kalimat-kalimat dirangkai dari potongan – potongan kata yang ditempel menjadi satu.
, ‘Kamu membunuh putrimu’
“Aku tidak melakukannya”, gumam Ms.Ma.
Peristiwa tadi membuat det.Han merubah tujuan dan kembali ke Kantor Polisi yang semula terkunci.
Do Hwan : “Ada keperluan apa ?”
Det.Han menanyakan poster buronan, “Soal itu, kepala kami bilang poster itu merusak pemandangan”, jawab Do Hwan. Det.Han memperlihatkan lencana detektif meminta diambilkan poster yang seharusnya tertempel di depan. Setelah di keluarkan ia menunjuk wajah Ms.Ma dengan tatapan dingin.
Polisi muda itu kini menemani det.Han menuju rumah buron kasus pembunuhan. Bel di pencet berulang kali namun tak ada jawaban. Det.Han mengintip melalui sela – sela jendela tetapi hanya mendapati ruang gelap gulita tak berpenghuni, “Kamu tahu kira – kira dia kemana?”
Do Hwan : “Dia hanyalah penulis. Dimana diaa..., aa Perpustakaan”, jawabnya dengan raut muka polos seperti biasa.
Di tempat yang baru saja di bicarakan, Ms.Ma sibuk mengintipi jendela sementara Ny.Hong dan Ny.Park mengobrol ringan.
“Yah,, lingkungan kita mungkin dipenuhi orang – orang yang mengerikan, tapi ini salah. Dimulai dari Woo Joon, berkat bu Ma kamu tahu sendiri keadilan sudah sering ditegakkan. Kamu menemukan kartu kreditmu dan wanita simpanan itu”, nasihat Ny.Park meminta teman bicaranya itu agar lebih menghormati Ms.Ma karena lebih tua setahun.
Ny.Hong mulai mengakrabkan diri, “Permisi. Kamu lahir di bulan apa ? Aku lahir di bulan Februari tahun 1973. Tahun tikus”
Karena masih mengkhawatirkan kondisi di luar, Ms.Ma tak memperdulikan dan balik menanyakan data Lee Jung Hee.
“Tidak ada di hasil pencarian”, jawab Ny. Hong.
Ms.Ma : “Bisakah kamu mencari dengan nama Lee Mi Soon ? itu namanya dimasa kecil”
“Astaga, opsir Bae. Kenapa tidak mengangkat telepon ?”, sapa polisi Jo di depan Perpustakaan pada bawahannya yang datang membawa det.Han
Do Hwan : “Anda menelponku ?”, tanyanya sambil mengecek ponsel membuat sang atasan mengumpat sebal, “Astaga, dasar kau berandal!!”, “Siapa dia ?”
Do Hwan menjawab berbisik, “Dia detektif dari Daejeon”
Polisi Jo tahu maksud kedatangannya kemari, jadi dia mempertegaskan jika ia yang akan menangkap dan mewawancarai Ms.Ma dan det.Han hanya mengiyakan singkat.
Yang dicari – cari telah pergi, sepertinya Ms.Ma berhasil mendapatkan secuil informasi. Kini ia berdiri menekan bel rumah. Wanita paruh baya cantik dibelakang bertanya, “Siapa kamu ? Kamu mencari seseorang ?”. Nampaknya Ms.Ma masih belum bisa mengenali orang dihadapannya karena foto – foto yang tertempel di dinding rumahnya hanyalah foto – foto usang Lee Jung Lee 9 tahun yang lalu, “Aku mencari Lee Jung Hee, seorang mantan aktris”. Raut wajah Lee Jung Hee langsung berubah, ia bungkam mengacuhkan Ms.Ma.
Ny.Hong memberitahukan keberadaan Ms.Ma pada Polisi Jo, Do Hwan, dan det.Han yang sebelumnya tidak menemukan batang hidung Ms Ma di Perpustakaan. Akibatnya, saat berbalik pergi dua senjata tepat tertodong di wajahnya. Ia berusaha tetap tenang dan bertanya, “Ini ada apa ?”
Det.Han : “Kamu kemari untuk mencari Lee Jung Hee ?”
Ms.Ma mengiyakan, det.Han melanjutkan, “Kamu bisa menipu orang lain, tapi tidak bisa menipuku”, ungkapnya sembari menatap tajam
Ms.Ma : “Aku tidak paham maksudmu”
“Sepertinya aku keliru bu Park, dia bukanlah Lee Jung Hee”, tutur Ms.Ma sambil tersenyum pada ajumma yang sedari tadi menyaksikan dari jarak yang tidaklah dekat untuk menyamarkan rasa cemasnya.
Seiring kehadiran det.Cheon, suasana disana makin menegang. Det.Han tersenyum menang, bersiap memborgol, “Jangan main – main denganku, hanya satu kali aku mengulangi kesalahan”, jawabnya sambil menunjukkan lengan yang pernah tergigit.
Sementara wanita misterius pengunting det.Han dengan santai berjalan memecah kerumunan hingga mengagetkan semua orang tak terkecuali Ms Ma, “Imooo, kenapa Imo tidak mengangkat telepon ? Pihak penerbit terus – terusan menelponku”, gerutunya tiba - tiba.
“Apa bibi tidak merindukanku ?”
Bersambung..