Ms.Ma Goddess of Revenge (Ms.Ma Nemesis) Episode 6 ~ by2206am
Seorang wanita Korea-Tionghoa menghampiri untuk menanyakan keberadaan Woo Joon karena tas kuning milik anak asuhnya itu ada di samping Ms Ma.
Woo Joon ternyata sedang menerima pelajaran bela diri. Mal Goo mencontohkan cara memukul yang benar tepat di depan wajah Woo Joon, “Kecepatan !”. Mal Goo melipat uang koin, “Kekuatan !”
“Kamu membutuhkan keduanya untuk memenangkan pertarungan !”
Woo Joon melongo melihatnya tapi ia protes karena usianya baru 10 tahun, “Ada yang lain ?”
Mal Goo tampak berfikir, “Pukulan pertama ?”
“Saat sedang berkelahi, kamu harus menjadi pemukul pertama !”, jelas Mal Goo sambil melayangkan tinju untuk kedua kalinya sehingga membuat anak kecil itu mengerjitkan mata.
“Lantas, tinggal setengah jalan untuk mengalahkan lawan”
“Bagaimana caranya memukul pertama ?”, tanya Woo Joon
Woo Joon menggelengkan kepala. Dengan ekspresi tetap menyeramkan Mal Goo menyuruhnya untuk memukul lebih dulu jika tidak ingin dipukul lawan, dengan begitu ia bisa menang.
Eun Ji muncul dan menyalahkan semua ajaran Mal Goo. Ia menepuk lengan gangster itu dan menyarankan agar tak menggunakan otot melainkan otak.
Ms Ma terus membunyikan bel sementara wanita Tionghoa panik karena tidak ada jawaban, “Aku harus bagaimana ? Kudengar pria itu seorang gangster”. Ny Park menelpon menanyakan anaknya membuat wanita itu semakin gelisah.
Mal Goo menerima saran Eun JI. Kini ia tengah membagikan permen pada anak – anak perundung, “Aku pamannya Woo Joon. Jadilah teman baiknya ya ?”
“Mulai sekarang beri tahu paman jika ada masalah. Mengerti ?”
Woo Joon mengangguk setuju dan tersenyum senang sebelum akhirnya mereka berjalan pulang beriringan tampak akrab, “Dia sungguh pamanmu ?”
“Tampaknya dia jago berkelahi”
“LUAR BIASA !!”
Ternyata Ms Ma, pengasuh dan Ny Park memperhatikan dari kejauhan. Mereka lega setelah mengetahui alasan Woo Joon tidak ingin pergi ke tempat les .
“Aku tidak pernah membayangkan akan mendapat bantuan dari orang semacam itu”, kata Ny Park
“Tinju memang lebih ampuh daripada hukum”,
Ny Park terkejut karena mendengar suara suaminya, “Aku datang karena kudengar anak kita menghilang”, jawabnya yang lanjut memperkenalkan diri kepada Ms Ma.
Di rumah, Mal Goo menuang dan menyajikan jus untuk kakek tua yang terbaring lemah di tempat tidur. Ia lanjut membacakan dongeng, tapi kakek itu menghentikannya dan menanyakan apa yang sudah terjadi karena suaranya terdengar ceria.
Mal Goo mengatakan tidak terjadi apa – apa namun kakek itu menyadari kebohongannya
“Kong Jwi terkejut dan menyebrangi batu loncatan dengan tergesa - gesa”
“Kejahatan ibu tirinya dan Pat Jwi...”,
Mal Goo berhenti, ia bingung karena lembaran buku ceritanya kehilangan satu huruf.
Ms Ma membuka tirai dinding dan menambahkan foto Yeom Eun Hye, pengasuh Woo Joon.
Bel berbunyi, Ms Ma marah saat tahu Eun Ji datang.
“Teganya melakukan itu kepada keponakanmu sendiri!”, timpal Woo Joon
“Aku tahu dia hanya akan menginap 10 malam, tapi anda malah mengusirnya !”
“Woo Joon aku punya alasan”, jelas Ms Ma
Eun Ji memasang wajah naif membuat Woo Joon tetap membela,“Dia tidak ada tujuan lain”
“Tidak dia berbohong kepadamu”, jawab Ms Ma
“Bukankah kalian bibi dan keponakan ?”
Woo Joon lanjut menuturkan jika Eun Ji hanya akan menginap 10 hari. “Mungkin akan lebih dari 10 malam”, bisik Eun Ji. Ms Ma hanya menghela nafas pasrah.
Sementara Eun Ji membawa masuk barang – barang, Woo Joon mengulurkan tangan meminta diantarkan pulang.
Di perjalanan Woo Joon mengatakan jika ia menceritakan kisah burung pipit yang ternyata anak merpati pada teman – temannya disekolah.
“Coba pikirkan. Burung pipit kecil, mereka pun tumbuh menjadi merpati”
“Saat masih kecil, mereka mirip burung pipit”
“Mereka menjadi merpati saat sudah dewasa. Menakjubkan bukan ?”
Ms Ma tertawa menanggapi pendapatnya. Woo Joon membuka diri, ia berkata tidak ingin menjadi jaksa sehingga ia membenci tempat les yang terus memaksanya menghafal kata – kata bahasa inggis dan memecahkan soal – soal matematika.
“Lantas apa impianmu ?”
“Anda mau tahu? Baiklah nanti akan segera kuberi tahu”, janji Woo Joon
Saat pulang, Ms Ma kaget mendengar suara dari ruang informasi.
“Bukankah dia Lee Jung Hee ?”, tanya Eun Ji
Ms Ma langsung menutup tirai dan mendorongnya keluar.
“Kenapa kamu mencarinya ?”
“Bukan urusanmu !!”
“Intinya kamu mencari dia bukan ?”
Eun Ji duduk memangku laptop. Ia mengenalkan aplikasi googling yang bisa mencari berbagai informasi semua orang di Korea mengalahkan detektif Swasta. Ms Ma tidak butuh bantuannya.
“Begitu yah ? Pertama, katakan semua hal yang kamu tahu soal Lee Jung Hee”
“Yang kutahu hanyalah kamu harus pergi dari sini besok !”, usir Ms Ma
Diam – diam di balik jendela ada yang mengawasi mereka berdua.
Keesokannya Eun Ji berdiri menatap Ms Ma yang gelisah dalam tidurnya. Saat terbangun Ms Ma terkejut sementara Eun Ji langsung memberikan informasi.
“Dia benar – benar sudah kelewatan. Aku tidak bisa menemukan apapun dari akun media sosial atau situs webnya..”
“Aku cuma mendapat informasi dia mundur dari produksi film berjudul ‘Shaman’ sembilan tahun yang lalu..”
“Informasi itu pun belum dipastikan kebenarannya”, jelas Eun Ji yang sudah duduk di sofa ditemani Ms Ma yang tertarik dengan ucapannya.
Ms.Ma mengatakan jika itu fakta, “Lee Jung Hee pernah bekerja di Jepang. Coba cari dalam bahasa Jepang”
Muncul beberapa foto lawas Lee Jung Hee, Ms Ma menujuk salah satu foto yang memungguni kamera.
“Kita tidak tahu jika ini memang dia”, kata Eun Ji
“Aku tahu. Dia mengambil foto itu di lingkungan ini”, jawab Ms Ma
Mereka pergi ke lokasi pengambilan foto dan mendapati satu rumah yang dikiranya kediaman Lee Jung Hee.
Rumah tampak sepi bahkan pintunya tak terkunci. Mereka masuk, Ms Ma mengamati barang – barang yang tergeletak.
‘Puisi – puisi Arthur Rimbaud’
Ms.Ma terdiam melihat sesuatu, membuat Eun Ji menghampirinya. Ia melihat arah pandang Ms Ma dan langsung menjerit melihat mayat tergantung. Ms Ma membaca surat anonimus yang tergeletak di TKP.
“Dasar bodoh. Gadismu sudah mengencani pria lain”
Di lobi kantor polisi Eun Ji masih belum bisa menyembunyikan keterkejutannya sementara Ms Ma menanyakan nasib Joo Young pada Do Hwan
Polisi Jo yang baru tiba langsung menimpali jika dia mengakhiri hidup karena seorang wanita. Ms Ma membaca surat bunuh diri yang tengah dibawa polisi Jo, “Kamu sudah menemui wanita itu ?”, tanya Ms Ma
Polisi Jo menggeleng, “Jika memang merasa bersalah dia pasti akan segera muncul”
Ms Ma tampak memikirkan puisi – puisi di rumah Joo Young.
Ms Ma mendatangi rumah Lee Jung Hee yang identitasnya masih belum ia ketahui. Awalnya Jung Hee menolak bertemu tapi ketika Ms Ma mengatakan ingin membahas masalah Joo Young, ia segera keluar.
Jung Hee menjelaskan jika Joo Young tidak akan mengakhiri hidupnya dengan cara yang mengerikan.
“Karena itu aku kemari untuk bertanya kepadamu soal wanita yang bertengkar dengan Joo Young kemarin”, jelas Ms Ma.
Eun Ji masuk ke ruang informasi membawa kabar gembira karena mereka bisa menemukan Lee Jung Hee dengan meminta bantuan Do Hwan. Ms Ma diam, ia sibuk dengan pikirannya sendiri, “Orang – orang membunuh orang lain karena hasrat mereka, tapi kenapa pria ini dibunuh ?”
“Dibunuh ? Apa maksudmu ? tidak lihat surat bunuh dirinya ?”
“Dia bukan tipe orang yang akan menulis hal seperti itu. Aku tidak boleh asal mengatakan ini, tapi dia sebenarnya homoseksual”
Ms Ma bersiap akan meminta bantuan polisi untuk menemukan Mi Hyun. Eun Ji melarang dan memintanya membuat laporan anonim saja.
“Mereka berfikir dia bunuh diri. Aku harus kesana dan menjelaskannya”, tolak Ms Ma
“Ini bukan urusanmu. Abaikan saja !”
“Seseorang tewas. Mana bisa begitu ?”, teriak Ms Ma
“Baik. Anggaplah mereka terbujuk dan ini menjadi kasus pembunuhan..”
“Lantas selanjutnya apa.. ?”
“Kenapa saat itu kita disana dan asal masuk ke rumahnya..”
“Mereka akan terus memanggil kita untuk mengintrogasi. Itukah maumu ?!!”, marah Eun Ji.
“KAMU BAHKAN BUKAN MA JI WON !!”
“Kita tidak punya waktu untuk terlibat dalam hal ini bibi. Pikirkanlah, alasanmu datang kesini”
Ms Ma menjawab ia tahu betul alasannya. Ia kemari untuk mencari saksi makanya ia tak bisa abai, “Benar Lee Jung Hee adalah saksinya..”
“Dia berpura – pura tidak menyaksikannya karena itu bukan urusannya dan ia tak mau diusik..”
“Karena itulah pembunuh putriku masih bebas berkeliaran di luar”
“Lalu aku hidup di tempat asing seperti orang mati dan bahkan tidak bisa merasa sakit !”
“Kamu tahu hal apa yang ingin kulakukan saat kali pertama menyadari yang kulihat itu benar?”
“Aku ingin membunuh pelakunya !! Tidak,, itu belum cukup. Akan kubalas perbuatan mereka kepadaku dan Min Seo. Aku akan membuat mereka 100 kali lipat lebih menderita !!, marah Ms Ma tanpa tersadar membuat air matanya menetes.
Eun Ji ikut menangis, ia menyuruhnya berhenti bicara. Ms Ma mengatakan manusia selalu mengabaikan rasa sakit orang lain tapi selalu minta bantuan saat kesakitan, “Jika diabaikan mereka merutuki dunia karena enggan membantu”
“Sama sepertiku. Mana bisa aku mengabaikan hal ini ?”
“Jika begitu mana bisa aku mendatangi Lee Jung Hee dan meminta bantuannya ?”, ucap Ms Ma serius
Ms Ma sudah berada di kantor polisi, ia mengatakan Joo Young homoseksual. Polisi Jo meragukan.
“Fakta dia suka membaca karya seorang seniman homoseksual dan julukannya adalah Thamyris yang merupakan seorang homoseksual tidak cukup membuktikan otoritas seksualnya ?”, ucap Ms Ma
Do Hwan menyatakan ketidaksetujuan karena baru – baru ini Joo Young bertengkar dengan kekasihnya. Ms Ma menjawab jika alasan mereka bertengkar sebab dia menyadari Joo Young menolak cintanya karena homoseksual, “Jika menemuinya dia akan bilang catatan bunuh diri itu tidak masuk akal”
“Tunggu. Kamu terus berbicara yang aneh - aneh”
“Biar kutanya satu hal”
“Kenapa kamu kerumahnya ?”, tanya Polisi Jo
Ms Ma beralasan akan menanyakan sesuatu. Polisi Jo malah menuduh Ms Ma yang membunuh Joo Young. Ms Ma menatap tajam, “Itu tuduhan keduamu”
“Dahulu kamu menganggapku napi kabur”
“Itu masalah berbeda”, jawab polisi Jo
Ms Ma melempar kain rajutan, “Baiklah. Sekarang kamu punya tersangka pembunuhan !”
“Kasus ini tidak akan ditutup sebagai bunuh diri bukan ?”
Ms Ma pulang tanpa hasil. Eun Ji memarahinya lagi karena ia sekarang malah menjadi tersangka pembunuhan padahal statusnya masih seorang tahanan kabur.
Di tengah – tengah pembicaraan itu Woo Joon ditemani nona Yeom datang bertamu untuk mengajak Ms Ma ikut makan malam.
“Maaf, tapi sepertinya tidak bisa”
Woo Joon tidak mau dengar, ia menarik paksa tangan Ms.Ma
Dimeja makan mereka saling bercanda dan mengobrol dengan akrab. Pembantu rumah tangga menyajikan makanan dengan tangan diperban. Ny Park menjelaskan pada Ms Ma jika tangan Bok Soon terluka.
Ms Ma menanyakaan keberadaan Woo Joon. Ny Park juga tidak tahu padahal Woo Joon yang mengundang Ms Ma.
“Sungguh ?”, tanya Ms Ma yang terkejut
“Dia tidak bilang ?”
“Kami sengaja memasak untukmu hari ini karena dia terus mengatakan ingin makan malam denganmu”. Ny Park menyuruh nona Yeom memanggil Woo Joon, tapi Woo Joon sudah ada di sana. Perlahan ia melangkah, berdiri mendekat ke sisi Ms Ma.
“Aku tidak mau makan !”, brontak Woo Joon setelah beberapa menit mematung.
“Astaga, kamu yang mengundang bu Ma untuk makan malam. Ayolah... ” , pinta Ny Park
Woo Joon ingin menyampaikan sesuatu tapi ia takut. Ms Ma melihat tangannya yang bergetar dan langsung menggenggamnya.
“Aku tidak mau les privat..“
“Aku tidak suka belajar dan enggan mempelajari hukum..”
“Aku mau menjadi chef. Aku tidak mau belajar !”, ujar Woo Joon menumpahkan semua keluh kesahnya, sementara kedua orang tuanya hanya menatap haru.
Ny Park memegangi tangan anaknya yang telah tertidur. Ia menangis baru menyadari keinginan Woo Joon.
Ny Park melanjutkan jika ia kini tengah menderita kanker stadium awal, “Aku sangat terkejut”
“Maksudmu....”, ucap Ms Ma tak dilanjutkan
“Saat dokter bilang aku sakit, pikiranku tiba – tiba kosong.."
“Yang kupikirkan Cuma Woo Joon..”
“Aku mencemaskan bagaimaan Woo Joon bisa bertahan hidup jika aku mati sebelum dia”, jelas Ny Park
Ms Ma mencoba memenangkan sementara Bok Soon yang tak sengaja mendengar tampak iba.
Di halaman rumah, Ny Park dan Ms Ma, mendapati Ny Hong yang tengah tertawa bersama keluarga Ny Park, “Apanya yang lucu ?”, tanya Ny Park
“Hei, suami unni bilang putranya bu Oh sebenarnya menerima suap”
“Sungguh ?”
“Tapi itu belum pasti, ada rumor yang mengatakan dia menghabiskan banyak waktu dengan para pengacara dan hakim”, jelas pengacara Choi.
“Sudah ku bilang isi semua surat itu benar unni”, jawab Ny Hong
Pengacara Choi menambahkan jika yang lebih penting adalah orang bahkan bunuh diri karena surat itu.
“Siapa kiranya pengirim surat itu yah ?”, tanya Ny Hong
Suasana sejenak diam, pengacara Choi tiba-tiba menatap Ms Ma, “Menurutmu siapa bu Ma ?..”
“Kudengar kamu bilang mengetahui motifnya lebih penting daripada mengetahui siapa pengirimnya”
“Aku hanya asal mengutarakan isi pikiranku”, jawab Ms Ma
Ny Hong meminta Ms Ma menjelaskan, “Ayolah unnii....”
“Kurasa orang itu mencoba menanamkan prasangka ke dalam benak kita”
“Prasangka ?”, tanya pengacara Choi
“Ya. Dia mungkin ingin kita berfikir bahwa pembacanya terkejut setelah membaca surat itu lalu bunuh diri”
“Kenapa orang itu ingin kita berfikiran begitu”, tanya pengacara Choi
Ms Ma menjawab ‘pembunuhan’. Nona Yeom yang mendengar kata itu tertegun dan berhenti mengupas apel sementara Ny Hong dan Ny Park mulai merasa takut.
Ms Ma juga menambahkan jika Joo Young tidak bunuh diri melainkan dibunuh, mungkin oleh salah satu penduduk di desa ini, “Orang itu mungkin melihat korban saat bertengkar dengan wanita”
Flashback
Saat pertengkaran itu terjadi di belakang Ms Ma dan Ny Park ternyata ada seseorang yang ikut memperhatikan.
Flashback End
“Tidak ada tanda – tanda masuk paksa ”
“Artinya si pelaku sudah mengenal korban”, ungkap Ms Ma
Flashback
Joo Young menyambut kedatangan tamu yang wajahnya masih belum nampak.
Narasi Ms Ma, “Tidak ada tanda perlawanan”
“Mungkin karena si pelaku memberinya obat tidur”
“Pelaku mungkin telah menyiapkan catatan itu atau memakai mesin pencetak di rumah korban”
“Tapi itulah kesalahan pelaku”
“Orang biasanya menulis tangan catatan bunuh diri”
Flashback End
Pengacara Choi tidak setuju akan pendapat Ms Ma karena selama 20 tahun bekerja ia sudah banyak menangani kasus orang – orang menulis surat bunuh diri dengan komputer atau laptop . Ny Park membenarkan.
“Pelakunya membuat kesalahan..”
“Korban bukan tipe orang yang akan menulis soal patah hatinya dalam catatan bunuh dirinya”, jelas Ms Ma
Tubuh Ny Hong mulai bergetar ketakutan, Ms Ma menjawab jika ia juga takut dan Ny Park menanyakan alasan.
“Ketamakan seorang manusia sama seperti kehausan..”
“Tidak akan bisa terpenuhi sampai orang itu benar – benar puas”
“Pembunuhan itu disiapkan dengan sangat teliti..”
“Lagipula pelaku membunuh korban hanya untuk menanamkan prasangka ke dalam benak orang - orang”, ucap Ms Ma
“Mungkin bagi si pelaku pembunuhan pertama ini seperti membuka tutup botol”
“Sekarang gilirannya untuk memenuhi ketamakannya”
“Benar, Insiden pembunuhan lain akan terjadi”
“Korbannya mungkin seseorang yang telah diincar sang pembunuh sejak awal”, jelas Ms Ma dimana kini ia tampak menangis di depan garis polisi.
Bersambung...