Mr. Sunshine Episode 2 Part 1 ~ by2206am

Mr. Sunshine Episode 2 Part 1 ~ by2206am


Go Ae Sun mengobrak – abrik kamar sepupunya untuk menemukan benda berharga yang bisa ditukarkan kepingan – kepingan uang. Ia menggerutu kesal karena bahkan tak sanggup menemukan satu cincin giok kecil pun padahal jelas – jelas para pedagang sering berlalu lalang menjajakan berbagai aksesoris mahal ke hadapan Ae Shin.


Mata Ae Sun seketika berbinar setelah merogoh almari dan menemukan kumpulan koran harian. Dengan nada sumringah dia membawa barang berharga Ae Shin itu sambil meneriakkan nama kakeknya.

Kakek Go yang dipenuhi amarah menggebrak pintu kamar mencari keberadaan Ae Shin  namun tak ada siapa pun di dalam ruangan. Bu Haman mengatakan jika tuan putri berada di gazebo untuk menemui para penjual.


Ae Shin yang baru tiba keheranan melihat pintu tempat peristirahatannya terbuka dengan kondisi ruangan yang sangat memprihatinkan. Bu Haman berlari sambil berkata, “Tuan putri, kakek anda....”. ucapannya terpotong karena mengikuti arah pandangan kosong sang majikan, “Itu, jangan bilang, ... Apa itu karena koran ?”


“Apa aku ketahuan ?”, tanya Ae Shin dengan wajah polos.

Bu Haman berteriak frustasi, “Tak dapat dipercaya ! Hari ini harusnya bisa tidur nyenyak. Sudah kubilang itu salah ! Aigoo, bagaimana ini ?”


Kakek Go melemparkan tumpukan koran ke hadapan Ae Shin yang tengah duduk bersimpuh.

“Beraninya kau ! Itu sebabnya penjual datang ke sini setiap dua minggu ? Sudah kubilang jauhkan dirimu dari urusan duniawi !”


“Bukan tugas seorang wanita untuk melayani pemerintahan jadi aku tidak tahu kenapa dia tertarik dengan koran”, imbuh Ae Sun yang semakin memperkeruh keadaan sementara Ae Shin masih tertunduk diam.

Ny Jo memberi kode agar putrinya diam, ia berusaha menenangkan kakek Go dan langsung memarahi Ae Shin agar segera meminta maaf. 


“Maafkan aku”

“Kakek tidak percaya !”

“Aku bersungguh - sungguh”

“Kau bohong !”


Kakek Go lanjut memberinya hukuman, “Mulai hari ini kau akan dikurung di rumah ini, kau tidak boleh menemui tamu manapun..” (innocentnya kebangetan gaesss :D)


“Kau juga tak perlu mengucapkan selamat pagi..”

“Kau akan membaca dan menulis Analects of Confucius siang dan malam”.

Ae Shin tak bisa membantah, ia tertunduk pasrah membuat Ae Sun mengembangkan senyum liciknya. (readers jangan terlalu membenci Ae Sun yah,, actingnya lucu bikin ngakak)


Berlembar – lembar salinan isi konfusius tergantung memenuhi kamar. Meski tangannya serasa mati rasa, Ae Shin tetap pantang. 


“Kenapa Konfisius harus mengatakan banyak hal ?”, gerutunya sehingga membuat bu Haman yang sudah kewalahan menghaluskan tinta kuas terperanjat membuka mata.


“Astaga.. Kata – kata Mencius bisa ku serap, tapi kata – kata Konfusius terus membuatku ngantuk”, curah bu Haman yang tanpa sadar mengusap wajahnya menggunakan tangan yang dipenuh tinta.

“Sudah ku bilang tidur saja”

“Mana bisa aku tidur sementara anda masih bangun ? Harusnya anda mahir menyembunyikan surat kabar itu ! Lenganku lama – lama akan lemas”


“Setidaknya kata – kata Mencius membuat kita selamat”, balas Ae Shin.


“Kata – kata kedua fisuf itu akhirnya akan mengambil salah satu lenganku”, rengek Bu Haman.


Ae Shin menggebrakkan kuas di atas meja. Bu Haman menanyakan apa yang terjadi. Gadis itu menenggelamkan kepala sembari mengambil nafas dalam – dalam sebelum akhirnya tersenyum menang, “Ayo pergi untuk mendapatkan ucapan selamat pagi dari kakek”.


Ae Shin menyerahkan tumpukan salinan tugasnya sampai kakek Go dibuat keheranan, “Kenapa kau selalu menang ? Kau tahu kenapa ratu Min meninggal di usia muda ?”

“Apa karena negara kita terlalu lemah ?”


Kakek Go menyalahkan, “Dia bergaul dengan orang-orang barbar Barat dan menggangu urusan pemerintahan serta tugas raja”


“Joseon sudah berubah”, sahut Ae Shin dengan sorot mata patriotis.

Kakek Go lain pendapat, ia berkata jika Joseon masih sama hanya keadaannya yang semakin berantakan.

Ae Shin berjanji hanya akan membaca koran sebulan sekali, “Bahkan orang – orang miskin bisa belajar dan memperoleh jabatan di pemerintahan saat ini..”

“Aku yakin wanita juga akan ada gunanya”

“Tak perlu jadi berguna ! Jangan ada gunanya !”


“Bagi seorang gadis, kau sudah dianggap orang yang berpendidikan tinggi. Itu sebabnya kakek tidak akan mengizinkanmu membaca koran – koran itu”


Ae Shin menolak dengan suara bergetar, “Dinasti Qing, Jerman, dan Perancis semuanya membanjiri Joseon. Orang Jepang bahkan mencuri beras kita”

“Seperti itu Joseon....”


Kakek Go menyela, “Oleh karena itu kakek melarangmu ! Apa negara kita tak memiliki raja ? Apa di pengadilan tak ada menteri ?...”

“Meski mereka semua tidak hadir, tapi itu tak berlaku bagimu..”

“Keluarga kita sudah banyak khawatir tentang kesejahteraan kerajaan ini. Ayah dan pamanmu sudah cukup...”, beritahu kakek Go yang semata – mata hanya ingin cucunya tak terluka.

Kakek Go menyuruh Ae Shin yang sudah banjir air mata agar menjalani kehidupan elegan yang terhormat dengan menjadi bunga di bawah asuhan suaminya kelak, “Isi waktumu dengan menyulam kupu – kupu. Jalani hidupmu dengan menyulam tanaman yang indah..”

“Apa itu sangat susah diminta ?”


“Lebih baik aku mati saja !”, ancam Ae Shin.

Kakek Go kewalahan menghadapi sifat keras kepalanya, dengan nada putus asa ia mempersilahkan Ae Shin mengakhiri hidup.



Bu Haman menangis histeris di depan kamar sambil memukuli tubuhnya karena majikan kesayangannya hanya terbaring lemah tak bertenaga“Jika sesuatu terjadi pada putri Ae Shin, aku akan mengikutinya dan mati juga...” 

“Aku akan mengambil nyawaku juga. Tuan putri...”

“Aku membuat banyak makanan untuknya. Tapi tak satupun makanan dia sentuh. Aigoo,, putri Ae Shin”


Ah Beom melapor jika putri Ae Shin mogok makan dan minum selama empat hari, “Pelayannya juga sudah putus asa..”

“Saya khawatir, mungkin kita akan mengubur dua tubuh tuanku”


“Dengarkan ..”, ucap singkat kakek Go.


Ah Beom langsung menyahut kegirangan karena mengira tuannya akan memperhatikan nasib Ae Shin, namun sayang kakek Go ternyata bersuara hanya untuk menyampaikan keinginannya menyantap daging babi hutan, “Lalu untuk penembaknya suruh dia kemari dan temui aku”


Refleks Ah Beom menanggapi dengan gerutuan, “Bagaimana anda bisa makan daging disaat seperti ini ?”

Kakek Go menatap tajam, Ah Beom kembali tertunduk sadar, “Karena anda ingin memakannya, saya akan segera mengambilnya tuanku”


Larut malam, Ah Beom masuk gerbang kediaman sang majikan sembari membawa seorang pria paruh baya yang pandai berburu hewan liar di hutan.


Pria itu kini sudah duduk di depan meja jamuan, kakek Go berkata, “Budaya baru telah membuat negara ini dangkal dan kacau. Para politisi hanya penghianat..”

“Dan cendekiawan muda telah tersebar di seluruh negeri setelah kehilangan tujuan, saat ini aku benar – benar membenci keadaan di negaraku ini”

Kakek Go berfikir jika keadaan di Joseon menjadi semakin berbahaya. Ia lanjut mengungkapkan impian Ae Shin yang ingin menjadi seorang pejuang tersembunyi seperti ayahnya, “Aku berusaha semampuku untuk menghentikan dia. Namun jika memang itu keinginannya..”

“Dan aku tidak bisa menghentikannya lebih lama lagi, aku harus mengajarinya cara bertahan hidup..”


“Aku sudah kehilangan dua anak, jelas aku tak ingin kehilangan cucuku. Aku tidak memintamu melindunginya..”


“Ajari saja apa yang harus dia ketahui untuk melindungi dirinya sendiri”, pinta Kakek Go yang terpaksa mengalah karena ia tak tahu lagi caranya menghentikan aksi pemberontakan sang cucu.

Pria itu menyanggupi.


Saat tengah mengambil gelas minuman, terlihat bekas luka bakar terpatuk di tangan kanan pria itu. Dalam flashback kita tahu jika lelaki itu ternyata remaja kenalan Eun San yang kehilangan ayahnya saat perang Joseon – Amerika meletus tahun 1871. Iya.. dia Jang Seung Goo dewasa.



Esoknya Seung Goo membawa Ae Shin menjelajahi jalanan terjal hingga sampai ke tempat seperti area latihan.


Ae Shin mengira Seong Goo dikirim oleh kakek Go untuk menghabisi nyawanya.

Seung Goo tak menanggapi, ia menyodorkan botol minuman, “Ini musim dingin berkepanjangan. Berhematlah !”


“Kenapa kakek menyuruhku mengikuti anda ?”

Seung Goo memberitahu Ae Shin jika mulai hari ini dia akan menjadi pengajarnya.


Ae Shin kebingungan, ia mengedarkan pandangan ke lingkungan sekitar, “Pengajar ? Apa yang akan anda ajarkan padaku ?”

“Menembak. Ini perintah dari kakekmu. Mulai sekarang berbicaralah sopan padaku”. 

”Bagaimana kau bisa kenal kakekku ?”


Seung Goo memelototkan mata. Ae Shin segera mengulangi pertanyaan dengan bahasa formal. Seung Goo mengabaikan pertanyaannya, ia menyuruh Ae Shin bergegas masuk gudang penyimpanan untuk berganti pakaian.


Ae Shin yang baru berjalan beberapa langkah tiba – tiba menengokkan kepala, “Apa aku akan menembakkan senjata setelah ganti baju ?”

Ae Shin menggerutu sebal karena lagi – lagi diacuhkan, “Lupakan aku bicara sendiri”


“Nampak seperti pertanyaan”, gumam lelaki paruh baya itu.



Setelah melewati perjuangan panjang, kini Ae Shin mampu mendaki melewati jalanan curam dengan langkah gesit.

“Apa aku belum merasa cukup mahir mendaki ?”, tanya Ae Shin setelah melemparkan botol minum membuat Seung Goo terpeleset kehilangan keseimbangan.


Seung Goo balik bertanya, “Saat kau menembakkan pistol, lokasimu akan terungkap. Apa yang harus dilakukan selanjutnya ?”

“Apa aku menembak lagi ?”, jawab asal Ae Shin.


“Tidak. Kau harus lari. Bagian mendaki selesai. Sekarang saatnya untuk ini”, putus sang guru sembari menyerahkan senapan membuat Ae Shin tersenyum senang.


Terlihat lima guci kecil tergantung di pohon. Ae Shin bersiap membidik. Seung Goo membenarkan posisi kaki dan lengan muridnya itu menggunakan ranting kayu.


Lima buah peluru telah dilepas. Seung Goo seketika melirik tajam Ae Shin yang tertawa tanpa rasa bersalah karena tembakannya tak mengenai satu pun sasaran.


Entah sudah berapa biji peluru yang terbuang karena kini Ae Shin mampu memecahkan target tembakan meski tak semua.


Di tengah latihan tiba – tiba terdengar suara mencurigakan. Berkat insting yang tajam Ae Shin langsung mengarahkan senapan menuju sumber ancaman.

Seung Goo muncul di antara rerumputan. Ia mengatai Ae Shin yang masih terlalu lamban, “Kau harus menembak saat kau berbalik”


“Tapi bisa saja itu sekutu”, jawabnya yang langsung berlari panik usai melihat banyak darah di lengan sang guru.


Seung Goo beralasan jika seekor babi hutan besar membuatnya terluka, “Dia berlari lurus ke arahku”

“Anda beralasan semacam itu ketika pergelangan kaki anda terkilir..”

“Pertengkaran sepasang kekasih yang mengakibatkan wajah mereka rusak lebih masuk akal lagi..”

“Jangan khawatir. Aku tidak akan bertanya apa yang anda lakukan..”

“Aku akan selalu percaya meski anda bilang anda bertarung dengan babi hutan demi seorang wanita..”


“Yang terpenting jangan mati”, ucap tulus Ae Shin sambil mengikat tangan Seung Goo untuk menghentikan pendarahan.

Seung Goo tampak tersentuh.


Ae Shin berlutut di tanah,“Suatu hari jika anda memintaku bergabung dengan anda, aku akan menyetujuinya tanpa ragu – ragu...”

“Itu sebabnya aku berusaha berlatih. Aku menembak setidaknya dua atau tiga guci”


Seung Goo memberitahu jika selalu ada jalan lain, ia menyarankan Ae Shin menjadi penulis surat kabar atau pengajar di sekolah malam daripada mengikuti langkah bahayanya.


Ae Shin sama sekali tak tertarik, “Permaisuri kerajaan ini dibunuh. Raja melarikan diri ke kedutaan negara lain dan telah meminta bantuan negara lain dalam bentuk huruf (Surat perjanjian)..”

“Berkat itu, negara – negara asing mengganggu tanah kami..”

“Kata – kata tak setara dengan kekuatan, aku akan bertarung dengan pistol”, jelas Ae Shin dengan tatapan haru.


Seung Goo menyetujui keputusan Ae Shin sehingga dia menyuruh muridnya itu agar berlatih lebih giat sampai benar - benar bisa memecahkan kelima guci sasaran.

Ae Shin mengangguk lega.


Bersambung ...


Readers
Mianheyo.. sebelumnya saya salah menyebutkan beberapa nama tokoh. Orang yang menolong Yoo Jin bukan Leo tapi Joseph, dia juga bukan atlet anggar, terus orang yang suka ibunya Yoo Jin bukan bupati Hyeon tapi menteri Lee Se Hun. Kritik dan saran boleh dimasukkan di dalam kolom komentar agar di masa depan bisa dilakukan perbaikan.
Untuk masalah deadline maaf juga jika terkadang mengalami keterlambatan.
Terima kasih telah meluangkan waktu membacaaa.....