Mr. Sunshine Episode 2 Part 3 ~ by2206am
Suara Eugene menghentikan perjalanan tuan putri, “Jika kau mencariku aku ada di sini”.
Ae Shin menyangkal ketus. Eugene yang tak percaya lanjut bertanya, “Kearah mana kau akan pergi ?”
“Kenapa bertanya ?!”
Eugene menjawab cepat,“Kurasa aku harus ke arah yang sama. Ada orang yang tersesat dimana – mana..”
Sejenak hening, Ae Shin membuka jubahnya, “Kurasa kau hanyalah orang asing yang salah mengira aku orang lain”
Eugene tersinggung,”Kenapa kau menganggapku orang asing ?”
“Pakaianmu aneh, caramu bicara, sikapmu kurang ajar dan yang terpenting caramu mengamati tapi gagal mengenali..”
“..Kau tidak tahu siapa aku ? Di negara ini tidak ada orang yang berani memintaku berdiri lama di luar seperti ini“
Beberapa pejalan kaki menyapa, mereka menghampiri dan bertanya apa yang sedang dilakukan Ae Shin di tempat seperti ini.
“Bagaimana kabar anda tuan putri ? Kenapa anda keluar malam – malam begin ?i”.
Ae Shin menjawab dengan tetap menatap lurus Eugene, “Pelayanku sedang menjalankan tugasku. Aku akan menemui mereka di toko obat”
Kereta tandu datang, Ah Boem langsung bercerita jika telah terjadi hal gila di atas bukit.
“Kau tahu bar di pinggiran ? Rupanya orang Barat meninggal di salah satu kamar di sana..”
“..Melihat api mengamuk tidak ada apa - apanya dibandingkan dengan apa yang terjadi di sana”, curhat bu Haman.
Sebelum mengajak pulang, Ae Shin berpesan pada dua ajeossi pejalan kaki untuk memberikan petunjuk arah pada Eugene yang tengah tersesat.
Setelah tandu pergi, dua orang itu menanyakan tempat tujuan Eugene.
Eugene mengerjai mereka dengan menjawab menggunakan bahasa Inggris, “Dimana kedutaan Amerika ? Bisa beritahu ke mana aku harus pergi ?”
“Itu sebabnya putri Ae Shin buru – buru. Astaga..”, gerutu salah seorang pria yang lanjut berlari pergi disusul temannya.
Di dalam tandu Ae Shin sibuk bergelut dengan pikirannya, “Seandainya dia teman, dia akan melarikan diri dengan cepat..”
“..Seandainya dia musuh. Dia harusnya lolos lebih cepat. Dia akan ke arah yang sama denganku ? Apa dia berani atau ceroboh ?”
Eugene menyibak tirai jendela, ia lama menatap pedih pemandangan tanah kelahirannya.
Hari berganti, di teras atas terlihat Eugene termenung, dia masih memperlihatkan tatapan kesedihan yang sama. Satu persatu ingatan pertemuan dengan Ae Shin mulai terputar. Saat Ae Shin menurunkan jubah kepala, Eugene ternyata fokus melihat hiasan yang terjuntai dari pinggang gaun sehingga membuatnya terkenang masa memilikuan.
Eugene memasuki gerbang legasi Amerika. Kwan Soo menghadang dengan beberapa pertanyaan, “Siapa kau ?”
“Aku konsultan dari Amerika”
Kwan Soo meremehkan tak percaya sampai - sampai ia mengitari tubuh Eugene, “Orang serikat ? Berarti kau orang Amerika ? Dari wajahmu dan cara bicaramu kau terlihat seperti salah satu dari kami”.
Eugene mengeluarkan selembar kertas identitas sembari mengenalkan nama.
Seketika Kwan Soo ternganga, “Aigoo.. Maafkan saya. Kami dengar konsultan akan segera sampai. Kami menunggu anda..”
“..Saya Kwan Soo. Saya bekerja di kedutaan sebagai penerjemah. Nama depan saya Im..”
“..Saya tidak tahu ternyata ada pasukan Amerika yang berasal dari Joseon”, celoteh Kwan Soo membuat Eugene mengkoreksi ucapannya, “Aku orang Amerika”
Eugene ingin bertemu menteri. Kwan Soo memberitahu jika menteri tengah menghadiri pemakaman, “Tadi malam, orang Amerika meninggal di dekat bukit”
“Dimana itu ?”, tanya Eugene ambigu.
Kwan Soo tak mengerti, Eugene memperjelas perpertanyaannya, “Dimana tempat pemakaman itu ?”
Dari kejauhan terdengar suara Kwan Soo yang mengenalkan pejabat – pejabat penting yang datang melayat, “Yang pakai baju kimono adalah menteri Jepang, Hayashi..”
“..Yang tinggi adalah menteri Rusia, Pavlov..”
“..Di sebelahnya adalah menteri Inggris, Jordan..”
“..Orang yang memakai topi adalah menteri luar negeri Lee Se Hun dan wakil bendahara Lee Jeong Moon..”
“Pria yang berada di dekat Ny Taylor adalah menteri kita, tuan Horace Allen”
Eugene menanyakan jumlah orang asing yang tinggal di Hanseong tanpa memasukkan orang Qing dan Jepang ke dalam hitungan.
“Yah itu.. Mungkin ada sekitar 9 dari Jerman, 28 dari Prancis, 57 dari Rusia dan 37 dari Inggris. Untuk Amerika 95..”
“Maksudku 96 termasuk anda. Secara keseluruhan ada 227 orang asing yang tinggal di sini”
Eugene membenarkan jika jumlahnya 226 karena satu orang sudah tiada.
Kwan Soo tampak berfikir, dia baru tersadar setelah melihat patokan makam.
Pasukan Musin mengobrak – abrik kediaman Logan Taylor. Seorang gadis pelayan menggendong anak tuannya yang terus menangis ketakutan. Ia keluar untuk menenangkan bayi itu, namun malah mendapati seseorang tengah menyenderkan badan.
“Ada yang bisa saya bantu ?”, tawar sopan si gadis pelayan.
Pria berwajah dingin itu mengatakan jika dia datang bersama orang – orang yang sekarang sedang membuat kekacauan di dalam, “Aku bos mereka. Itu sebabnya aku ada di sini. Kau bekerja di sini ?”
Gadis itu mulai tertunduk waswas sembari mengiyakan.
“Kau pikir mereka melakukan pekerjaannya dengan baik ?”
Gadis itu mendongak bingung menatap mata sang ahli samurai, “Apa ?”
“Apa orang – orangku mencarinya secara menyeluruh ? Mereka mencarinya melalui setiap sudut dan celah. Aku katakan pada mereka untuk membalikkan rumah”
“Bagian furnitur dan peralatan makan mahal semuanya rusak”, jawab gadis itu.
“Lagi pula itu bukan punyamu !”
Pasukan Musin keluar tanpa hasil, “Sepertinya tidak ada disini bos ”, beritahu Yoo Jo pada atasannya yang ternyata bernama Goo Dong Mae.
Dong Mae menanggapi pedas, “Kau yakin itu ? Atau kalian hanya mengisap pekerjaan kalian ? ”
“Kami mencarinya dengan teliti”
“Berarti kalian tidak bisa menemukannya entah karena dokumen terbawa angin atau karena seseorang menyembunyikannya di suatu tempat yang aman”, tutur Dong Mae sambil melirik tajam pelayan gadis yang mulai gelagapan.
Yoo Jo menginformasikan jika sudah mengirim beberapa orang ke pemakaman untuk membuntuti nyonya Taylor.
Para anak buah berjalan mendahului sementara Dong Mae melanjutkan perbincangan, “Kau senang tuanmu sudah mati ?”.
Dong Mae ganti menggoda bayi di dalam gendongan, “Lihatlah. Seolah – olah bayi itu mengerti apa yang baru kukatakan”
“Dia pasti menangis karena takut tuan”
Dong Mae menyeringai, “Aku akan pergi. Tapi ngomong – ngomong kenapa dia takut ? Aku tidak pernah membunuh orang ketika aku tidak bisa menghasilkan uang dari mereka”,beritahu Dong Mae sebelum melangkah pergi.
Nyonya Taylor menangis di pelukan Menteri Allen. Kwan Soo yang melihat langsung berbisik, “Astaga, betapa tidak senonohnya”
Kwan Soo mengajak Eugene kembali karena menteri mengutus mereka untuk segera menyelidiki kasus kematian Logan.
Di hadapan kaisar Gojong, Horrace Allen unjuk protes, “Ada banyak monster di mana – mana. Frekuensi serangan teroris keji yang ditargetkan pada orang asing telah menyisahkan luka pada perasaan saya dan keprihatinan besar untuk keselamatan rekan senegara saya..”
“Yang Mulia, saya mohon setujui otoritas pada pasukan AS yang dijatuhi sanksi di sini untuk pemulihan ketertiban umun di Joseon”.
Penerterjemah mengartikan, Menteri Lee kehilangan kesabaran, “Kita sudah punya pasukan sendiri. Tak ada alasan membiarkan pasukan Amerika meluruskan ketertiban umum kita. Itu tak masuk akal Yang Mulia..”
“..Jika kita butuh bantuan Jepang akan melompat dan membantu kita seperti yang selalu mereka lakukan”
Bendahara Lee Jung Moon menyatakan ketidaksetujuan mengingat kondisi Jepang, “Bahkan tentara Jepang menyebabkan banyak masalah akhir – akhir ini..”
“..Jika kita harus mencari bantuan, sebaiknya kita tidak mengubahnya ke Amerika atau Jepang..”
“..Kurasa akan lebih baik meminta bantuan dari Rusia”
Setelah semua kata perdebatan dari pihak Joseon di terjemahkan, Allen langsung mengatai Rusia yang bahkan tidak mampu mengurus negaranya sendiri, “Amerika Serikat adalah sekutu kuat Korea”
Gojong yang sedari tadi sibuk menyimak akhirnya angkat bicara, “Lee Se Hun... Lee Jung Moon..”
“..Apa ada bukti yang memperlihatkan bahwa itu perbuatan orang lokal (Orang Joseon)?”
Secara bergantian kedua menteri menjawab tidak sehingga raja melanjutkan dengan penuh penekanan, “Lalu kenapa tidak ada di antara kalian yang marah karena dia menganggap orang – orang Joseon menyebabkan semua masalah ini ?”
Kedua menteri kehilangan kata – kata, pada Menteri Allen raja benar – benar meminta maaf, “Kudengar pemakamannya diadakan lebih awal hari ini”.
Menteri Allen membenarkan,”Saya baru saja kembali ke pemakamannya”
Raja menyindirnya karena kehilangan rekan seperjuangan namun tetap menampakkan raut ceria.
Menteri Allen tersentak, raja tak memperdulikan, ia malah menyuruh mereka pergi dan memerintah pelayan membawakan kopi dan cerutu ke kamar karena dirinya sangatlah lelah. Masalah selesai tak ada satupun yang berani membantah.
Kwan Soo berjalan sambil bercerita pada Eugene yang tengah menunggang kuda. Ia mengatakan jika semula Joseon hanya memiliki dua lampu jalan, namun kemarin 600 lampu berteknologi Amerika baru tiba dan langsung di dinyalakan secara bersamaan sehingga penduduk menjadikannya tontonan hiburan.
Eugene memberhentikan kuda, “Artinya banyak yang melihat kejadiannya ?”
“Iya. Ini seperti liburan setiap kali ada acara semacam itu”, jelas Kwan Soo penuh tawa.
Eugene menugaskannya untuk segera menghubungi Biro Polisi guna mengumpulkan semua orang yang menyaksikan, mendengar atau pun membicarakan tragedi pembunuhan di Hwawollu.
“Aku serahkan semuanya padamu”
“Anda mau kemana ?”
Aku menyebutnya sehari”, jawab Eugene sambil melancongkan kuda meninggalkan sang penterjemah setia satu – satunya.
“Bagaimana denganku tuan ? Baiklah aku juga akan menyebutnya sehari”, ujar Kwan Soo pasrah tanpa ada yang mendengarkan.
Eugene memarkirkan kuda di sungai. Ia cukup lama melamun menatap perahu kecil yang terikat.
Flashback
Yoo Jin yang menangis ketakutan menelungkup berusaha bersembunyi dengan menutupi tubuhnya menggunakan tikar jerami di dalam perahu.
Flashback End
Di kedai dekat sungai Eugene duduk mengistirahatkan diri sambil memesan semangkuk baeksuk.
Seung Goo datang membawa hasil buruan, “Hong Pa kau ada di dalam ? Aku disini”
“Kapan kau akan menangkap harimau ? Yang kau tangkap cuma burung dan kelinci. Kau memang pengecut. Makanlah, nanti dingin !”, Keluh si pemilik kedai yang tengah mententeng nampan penuh makanan.
“Tidak ada harimau yang tertangkap oleh seorang penembak sepertiku. Aigoo.. ha ha ha ha”
Hong Pa melihat wajah kusut Eugene yang hanya menatapi mangkuk di meja, “Kau kenal ayam itu atau apa ? :D Kau menatapnya dengan mata sedih seperti itu..”
“..Jadi aku bertanya penasaran apakah mungkin dia teman lamamu yang hilang” :D
“Aku belum pernah makan ini sebelumnya”
Hong Pa tak percaya karena dari penampilan luarnya Eugene terlihat seperti orang kaya yang bahkan mampu membeli semangkuk baeksuk dengan mudah.
Hong Pa kemudian meninggalkan mereka untuk mengambil anggur beras karena Seung Goo menginginkannya.
Suara seruputan Seung Goo membuat Eugene menolehkan kepala. Ia iri menyadari ayam Seung Goo yang ukurannya jauh luar biasa dibanding miliknya yang kurus keronta.
Ae Shin mencurahkan isi pikiran yang mengusik ketenangannya pada Seung Goo yang sibuk menggosok membersihkan senjata berburu kesayangannya, “Dua penembak jitu dan satu sasaran. Kurasa orang lain bergerak karena mereka tidak mempercayaiku”
“Lainnya ?”
“Bandit yang benar, mungkin ? Atau salah satu anggota milisi pasukan kebenaran anda ? Jika bukan mereka berdua, dia bisa jadi bandit dari provinsi Gangwon atau Gunung Jiri..”
“..Dia sepertinya tidak mengerti tapi aku baik – baik saja karena sekarang aku tahu aku punya teman”
“Memiliki target yang sama tidak membuatnya menjadi temanmu..”
“..Seperti yang mereka katakan, sekutu hari ini mungkin bukan menjadi sekutu besoknya”
Seung Goo lanjut memperingatkan Ae Shin agar tak mudah mempercayai seseorang termasuk dirinya.