Ms.Ma Goddess of Revenge (Ms.Ma Nemesis) Episode 10 ~ by2206am

Ms.Ma Goddess of Revenge (Ms.Ma Nemesis) Episode 10 ~ by2206am


Dihadapan Ms Ma, pengacara Choi berkata jika dia tidak berniat menyakiti Woo Joon. 

Ms Ma marah mendengar ucapannya karena Woo Joon mendapat luka yang lebih mengerikan daripada luka sayatan di bandara, sebab nyawa ibunya direngkut begitu saja oleh ayah yang dia sayangi, “Itu lebih mengerikan dari kematian bagi anak berusia 10 tahun..”

“Kamu tidak berniat menyakitinya ? Bisa – bisanya kamu berkata seperti itu !!..”

“Aku datang kemari kalau – kalau kamu tidak menyadari perbuatanmu”, marah Ms Ma sambil menghentakkan tangan ke kaca pembatas

Pengacara Choi tampak menyesal ia  berusaha menghentikan Ms Ma yang berjalan pergi, “Setelah mendengar ucapanmu..”


“Kurasa kamu orang yang paling pantas..”

“Jagalah anak itu sampai kakaknya datang”, pinta pengacara Choi, “Jika kamu memenuhi permintaanku..”

“Akan ku ceritakan kisah menarik”, lanjut pengacara Choi

Ms Ma menanggapi ketus, ia berusaha acuh dan terus berjalan. Pengacara Choi belum menyerah dan mulai bercerita, “Ini soal kasus yang terjadi sembilan tahun lalu. Wanita yang mirip denganmu..”

“Membunuh putrinya sendiri. Aneh..”

“Ibu si anak menjadi pembunuh karena rambutnya ditemukan pada senjata pembunuhan..”

“Dan ada bekas darah dimobilnya..”, jelas Pengacara Choi yang berhasil membuat Ms Ma berbalik menatapnya, “Kamu mau mengatakan apa ?”


“Menurut pengalamanku, tidak ada yang lebih kejam dari kasus itu..”

“Sekejam apapun pembunuhnya, dia tidak mungkin membunuh putrinya sendiri dengan menghancurkan wajahnya menggunakan batu..”

“Itu bukan kasus pembunuhan sederhana, Benar..”


“Dia bukan dijebak, tapi jatuh pada jebakan”, simpul pengacara Choi sementara Ms Ma fokus mendengarkan tanpa tersadar air matanya menetes.



Di tempat lain, kini Det.Cheon berhadapan dengan Mi Hee untuk menginformasikan jika Ms Ma dan det.Han berusaha mencari Jung Hee karena menduganya sebagai salah seorang saksi dari kasus 9 tahun lalu.

“Lantas ?”, tanya Mi Hee


“Kurasa sebaiknya aku menemuinya langsung”, jawab det Cheon

Mi Hee menduga det Cheon hendak melakukan penyelidikan ulang namun det Cheon menyangkalnya karena kasus tersebut sudah ditutup.


Dengan nada marah Mi Hee memintanya tak membahas masalah itu lagi sampai Ms Ma kembali dari Tiongkok. Det Cheon lanjut menanyakan gelas kopi Ms Ma. Mi Hee melemparkannya begitu saja dan mengatakan jika disitu terdapat DNA milik penulis Ma Ji Won, “Berhenti membuang – buang waktumu untuk itu !”

“Dan tangkap Presdir Do dari Tae Heung Industries”, perintah Mi Hee


Det Cheon menemui det Han yang langsung frustasi karena tidak berhasil menemukan sedikitpun DNA Ms Ma di gelas yang ia ambil beberapa waktu lalu. 

Sambil menghela nafas det Cheon menyarankan untuk menghubungi BFN lagi. Det Han menolak. Ia memberikan tugas baru untuk menyelidiki Seo Eun Ji.


“Sekarang ?”

“Aku akan menunggu disini”, kata det Han

“Akan kucari tahu tapi sebaiknya anda pulang..”


“Sebentar lagi anda bisa lupa wajah putri anda”, ucap det Cheon sambil mendorong atasannya masuk ke mobil.


Di rumah Han Yu Ri membukakan pintu untuk orang yang dikira ayahnya. Ia hanya  menatap bingung tamu yang datang.

Det Han sendiri masih dalam perjalanan, ia menghubungi istrinya untuk meminta maaf karena akhir – akhir ini terlalu sibuk menangani kasus.


“Kamu tidak lelah meminta maaf ?”

“Aku memaafkanmu hari ini karena kamu mengirimkan hadiah cake dan rumah boneka”

Det Han mengira det Cheon yang memberikannya, tapi istrinya menjawab jika hadiah itu dari seorang wanita, “Kau ingin bicara dengannya ? Dia bilang ingin berbicara denganmu.”


Istri det Han memberikan ponselnya pada tamu yang ternyata adalah Ms Ma. Dari balik telpon Ms Ma mengancam akan membunuh anak dan istri det Han dengan cake beracun jika pertanyaan darinya tidak dijawab. Det Han berusaha secepat mungkin sampai rumah.

“Kamu yang menemukan darah Min Seo dalam mobil ?”

“Aku baru tahu setelahnya !!!”


Ms Ma berjalan menjauh, agar perkataannya tidak bisa didengar istri dan anak det Han,“Berarti kamu tidak pernah memikirkan kemungkinan pembunuhnya merusak mobilku ?”

“Bukan hanya darahnya yang ditemukan dimobilmu..”

“Kami juga menemukan rambut dan sidik jarinya”, jelas det Han 


Ms Ma menyalahkan hal itu karena dia memerintahkan supir menjemput Min Seo dengan mobil lain. Det Han menganggapnya berbohong karena pada waktu itu ada saksi yang melihat Min Seo naik mobil Ms Ma.

Ms Ma jujur mengatakan jika hari itu dia mengunjungi makam orang tuanya, namun det Han masih belum bisa percaya

Ms Ma lanjut menanyakan penculik. Det Han mengatakan tidak ada siapa pun yang berusaha menculik Min Seo.


“Apa maksudmu ? jelas – jelas aku berbicara dengan penculiknya”, beritahu Ms Ma dengan nada marah


“Hanya kamu yang mendengar suaranya..”

“Tahu kenapa ? Karena kamulah yang menghubungi ponselmu dan menjawabnya”, balas det Han

Ms Ma menyuruhnya mengecek daftar panggilan. 

“Kamu tahu lokasi panggilan dari ponsel prabayar itu ? Di depan akademi tempat dia diculik, rumahmu dan Pemakaman Nasional..”

“Semua telpon itu berasal dari tempat kamu berada..”


“Keluar dari rumahku sekarang !!”, usir det Han yang sudah sampai di depan apartemen.


Ms Ma sangat terkejut mendengarkan penuturan det Han, hingga akhirnya ia mengatakan jika tujuannya kabur hanya untuk mencari pembunuh Min Seo, “Tapi kamu tahu ? Hantu itu muncul lagi..”

“Saat pembunuhnya berkeliaran di dunia ini aku dipenjara selama sembilan tahun..”

“Kamu juga punya anak, seharusnya kamu tidak seputus asa itu menangkapku. Seharusnya kamu menemui wanita itu dan melihat apakah aku jujur atau tidak”, ucap Ms Ma tak bisa menahan air mata


Det Han yang masih ada di dalam lift memohon untuk tidak menyakiti keluarganya dan menyuruh Ms Ma menyerahkan diri.


Ms Ma tertawa mendengarnya, “Serahkan diri ?..”

“Aku ingin tahu apa kamu bisa berkata begitu jika dijebak atas pembunuhan istrimu”, ancam Ms Ma. Ia lanjut mengatakan jika manusia tidak bisa memahami rasa sakit orang lain jika tidak mengalaminya sendiri.


Ms Ma mengakhiri panggilan lalu mengajak Yu Ri melakukan sebuah permainan seru. Yu Ri mengangguk setuju.


Det Han yang baru tiba dilorong, berhenti tertegun menatap pintu rumahnya yang terbuka. Di dalam ia menemukan anaknya tergeletak dengan mulut belepotan krim cake. Ia histeris memeluk tubuh Yu Ri.


Istrinya menghampiri, ia keheranan melihat det Han menangis.


Yu Ri tiba – tiba membuka mata lalu mencubit gemas pipi sang ayah sambil tertawa, “Tertipuu...”

Det Han akhirnya bisa bernafas lega sambil menyandarkan kepala ke sofa.



Keesokannya det Han sudah berdiri di depan gedung Hankook Tech, tujuannya tak lain untuk menemui Cheol Min.

Det Han membahas masalah Lee Jung Hee dan tekadnya untuk melakukan penyelidikan ulang kasus Min Seo. Cheol Min menarik nafas.

“Dia tinggal di desa Pelangi. Sebaiknya kau ikut denganku”, ajak det Han

“Tunggu, aku juga harus ikut ?”

“Kamu harus ikut karena suatu alasan”


Cheol Min berusaha mencari – cari alasan, “Begini, aku hanya takut dia akan bilang tidak melihat apapun”

“Tapi kamu tetap akan memercayai istrimu ?”


Cheol Min tak menjawab, det Han menatapnya curiga.

“Boleh aku tanya sesuatu ?”, ucap Cheol Min

Det Han menyilahkan, Cheol Min lanjut bertanya apakah det Han masih belum mempercayai Ms Ma jika tidak membunuh anaknya.


“Ya. Sampai ada bukti lain, itu yang kuyakini”, balas det Han



Distribusi Daesung
Mal Goo menagih sisa hutang Seung Tae. Setelah membuka amplopnya, Mal Goo mendesah karena uangnya kurang. Seung Tae berjanji akan mendapatkan uang banyak.

“Kapan ?”


“Kamu tahu Lee Jung Hee kan ? Dia aktris yang membintangi film dengan sutradara terkenal. Saat aku di Jepang, dia berhutang besar padaku”, jelas Seung Tae sementara Mal Goo fokus mendengarkan.

“Aku belum bilang ? Sebelum debut disini, dia lama bekerja di Jepang. Saat itu aku managernya”, lanjut Seung Tae.


Mal Goo tidak bisa percaya begitu saja omongan Seung Tae. Ia berniat memukul wajah Seung Tae namun diurungkan.


“Sungguh. Astagaaa...”

“Ini undangan syukuran rumahnya besok”, perjelas Seung Tae sambil memperlihatkan isi ponselnya.

Mal Goo penasaran, ia melongok dan Seung Tae berkata dengan penuh kebanggan jika tidak sembarang orang bisa mendapatkan undangan Jung Hee, “Hanya orang seperti anggota kongres, dewan kota, dan kepala sipir yang diundang”


“Besok ?”, tanya Mal Goo, Seung Tae membenarkan.


Setelah Mal Goo pergi, Seung Tae yang berjalan memasuki ruangannya, baru mengeluarkan semua kata – kata kasarnya, “Dasar GORILAA”

Hee Jae yang sedari tadi duduk di kantor memarahinya karena terus – terusan berjudi tapi tak memiliki uang, “Sampai kapan kamu akan berurusan dengan preman itu ?”

Seung Tae melarangnya cemas sambil mencari sesuatu di dalam laci.


“Mungkin sebaiknya kupotong saja tanganmu”, sentak Hee Jae


Seung Tae berhasil menemukan apa yang ia cari. Kini ia tengah memegang pistol. Hee Jae menyuruhnya berhenti bermain – main dengan barang murahan.

“Pikirmu ini mainan ?”, balas Seung Tae serius sambil menodongkan senjata ke tubuh istrinya.

“Lalu apa ? Kau akan menggunakannya saat meminta uang pada Jung Hee ?”


“Aku bahkan tidak memerlukan pistol. Ini saja sudah cukup”, timpal Seung Tae sambil menunjukkan kalung berisi memory yang telah lama melingkari lehernya, ia lalu melepar senyum penuh makna.




Ms Ma merajut, tapi pikirannya melayang. Ia teringat segala ucapan pengacara Choi dan perkataan det Han.

Suara bel membuyarkan lamunannya. Di halaman depan Ny Oh dan Ny Yang mengucapkan terima kasih atas ajakan Ms Ma pergi ke rumah Jung Hee.

“Tidak masalah”, jawab Ms Ma sembari tersenyum ramah.


Mereka bergegas pergi ke rumah Jung Hee dengan mobil jemputan yang dijanjikan Myung Hee. Orang yang menyupiri para ajumma keluar, ia memperkenalkan dirinya sebagai pak Choi.

“Dia manager umum sebuah perusahaan managemen film”, jelas Ny Hong.


Para ajumma sudah tiba, reporter memotreti mereka. Ms Ma, Ny Oh, dan Ny Yang cepat – cepat masuk rumah Jung Hee sambil menutupi wajah. Lain halnya dengan Ny Hong yang masih ingin berpose lebih lama di depan kamera.


Myung Hee menyambut dan mengarahkan mereka ke lantai atas, sebelum naik tangga Ms Ma sempat mengamati lukisan ibu dan anak di depan tangga.


Di lantai dua ternyata Jung Hee masih melakukan pemotretan. Ny Oh mulai berbisik, “Bedah plastiknya benar – benar bagus. Orang akan berfikir dia berusia 30an”

Ny Yang : “Aku yakin hidungnya dioperasi, kening dan dagunya juga”, jawab Ny Oh


Ny Oh :“Aku tahu dia cantik, tapi lihatlah pinggangnya”


Ny Park juga tampak iri, ia berucap jika pinggangnya juga seperti itu sebelum melahirkan Mi Young.  Ny Oh meragukan omangannya, ia langsung melirik tubuh Ny Park dari ujung rambut sampai ujung kaki.


Ny Yang : “Sulit mempertahankan bentuk badan seperti itu setelah melahirkan”

Ny Oh terkejut, “Omo.. Jung Hee tidak punya anak ?”

“Kurasa tidak”, jawab Ny Oh


Jung Hee menyudahi sesi pemotretan. Pak Choi langsung menghampiri fotografer tadi, “Nona Jung, mau kuantar ?”. 

Nona Jung menanggapi malas, ia mengacuhkannya.


Jung Hee yang tampak kelelahan di atas sofa, meminta Myung Hee mengantarkan para tamu ke teras.


Di teras atas, keempat ajumma tengah menyeduh  kopi  Myung Hee menghampiri dan menjelaskan jika mereka harus menunggu sekitar 30 menit, “Dia butuh waktu untuk ganti baju dan menghapus riasan”

Ny Oh : “Lantas bolehkah kami berkeliling di rumah selagi menunggu ?”


Myung Hee mengizinkan sementara Ms Ma menolak ikut, “Aku akan menunggu sambil mengatur pertanyaan wawancaranya”

Myung Hee mengangguk.


Jung Hee menemui Ms Ma, ia menanyakan dimana keberadaan orang – orang karena hanya mendapati Ms Ma yang berdiri seorang diri.

“Mereka sedang berkeliling”

“Bagaimana menurutmu kamu suka rumah ini ?”, tanya Jung Hee


“Semua orang tergila – gila dengan rumah ini. Menurutku rumah ini terlalu besar. Aku agak kesepian”

Jung Hee tersenyum membenarkan, “Ini memang rumah tapi tidak seperti tempat tinggal. Rumah ini bagus tapi bukan tempat tinggal yang hangat”


“Aku tahu ini terlambat, tapi aku berterima kasih karena telah membantu menyelesaikan kasus Joo Young....”

“Kudengar kamu terlibat kekacauan di kantor polisi karena hal itu”lanjut Jung Hee

“Itu terselesaikan dengan cukup cepat”, balas Ms Ma


“itu insiden yang mengerikan. Bagaimana bisa dia membunuh tiga orang, mungkin dia sangat marah karena istrinya berzina. Aku yakin itu. Kemarahan membuatmu hilang akal”, simpul Jung Hee

“Benar tapi itu juga bisa menjadi kekuatan untuk tetap menjalani hidup”. Ucap Ms Ma membuat suasana mulai menegang.


Tak membutuhkan waktu lama untuk mencairkan suasana karena sekarang mereka sudah duduk santai. Ms Ma membuka kembali sesi wawancaranya. 

Jung Hee menceritakan jika film Under the Gay Skies merupakan film terburuk yang pernah ia bintangi, “Setelah film itu gagal, tubuh dan pikiranku rasanya sudah mati. Tapi untungnya seseorang membantuku bangkit”, jelasnya sumringah.

“Kurasa kamu membicarakan Sutradara Sung Jae Deok”, sahut Ms Ma


Jung Hee membenarkan, Ms Ma lanjut bertanya, “Apakah Innocence  film pertama kalian ?”

“Kami menikah dua kali, tapi tidak pernah berkesempatan bekerja sama”


Bosa – basi dirasa cukup, Ms Ma akhirnya melontarkan pertanyaan utama, “Apakah kamu pernah mendengar film berjudul ‘Shaman’ ?”

“Tentu saja. Filmnya tidak begitu laku, tapi itu karya Jae Deok”

“Kamu membintanginya ?”, tanya Ms Ma membuat Jung Hee langsung menyangkal.

“Dari yang kudengar, seharusnya kamu menjadi peran utama”


Raut Jung Hee perlahan berubah sebal, “Kau sedang meneliti film itu ? Mau ku kenalkan pada orang yang mengerjakan ?”

“Kurasa kamu orang yang tepat untuk wawancaraku”, balas Ms Ma

Jung Hee menghela nafas sambil menyanggah wajahnya, “Aku tidak mengerti. Kukira kamu hendak menulis tentang aktris yang pensiun”.


“Tidak. Ini tentang ibu yang kabur dari penjara untuk membersihkan namanya dari tuduhan membunuh putrinya sendiri”, ucap Ms Ma dengan tatapan serius.

“Aku yakin kamu tahu, itu kasus pembunuhan yang terjadi sembilan tahun lalu di dekat Gunung Yongam di Daejeon”, lanjutnya.


Jung Hee menjawab penuh emosi, wajahnya tampak mengeras, “Lalu kenapa aku orang yang tepat untuk kisah seperti itu?”


“Ada seseorang yang sebenarnya melihat si pelaku.. Si Hantuu... Hantu yang mengenakan baju berkabung dengan rambut berantakan...”

“Hantu itu syuting sebagai pemeran utama ‘Shaman’ di dekat lokasi kejahatan”, beritahu Ms Ma.


Jung Hee berusaha terlihat setenang mungkin, “Tapi syuting pertamanya dimulai setelah insiden itu terjadi, serta pemeran utama film itu Soo Jung..”

“Dia akan datang akhir pekan, aku akan mengenalkanmu padanya”


Ms Ma mengatakan jika ia sudah bertemu Soo Jung, “Aku juga tahu awalnya bukan dia yang menjadi pemeran utama”

Jung Hee kaget, Ms Ma bicara dengan suara bergetar, “Ada aktris lain. Di hari pertama aktris tersebut syuting, seorang anak kecil dibunuh dengan sangat brutal. Kamu, Jung He.... ada di lokasi itu”


Flashback
Terlihat Jung Hee seorang diri berjalan menyusuri hutan sambil menangis frustasi.


Flashback End
“Serta kamu melihat pelakunya disana. Pada hari itu...”, tutur Ms Ma

Ms Ma memintanya mengatakan semua fakta yang selama ini ia sembunyikan. Jung Hee yang tampak ketakutan berusaha menahan air matanya keluar. Ia mengingat kepingan kejadian di masa lalu.


Flashback
Jung Hee tengah bersembunyi di balik pohon untuk mengintip seseorang yang berjalan dengan memanggul anak perempuan tak sadarkan diri di bahunya


Flashback End
Jung Hee tetap bungkam, ia malah memberikan permainan kata – kata, “10 jaring laba – laba terbentuk. Kaca itu terbelah dua. Aku telah dikutuk..”

“Kutukan itu menimpaku...”


Bersambung ...