Praise of Death Episode 6 Part 3 ~ by2206am

Praise of Death Episode 6 Part 3 ~ by2206am


Setelah seharian melakukan perjalanan, Sim Deok masih belum bisa melepas pelukannya sementara Woo Jin terlihat sibuk menuliskan sesuatu.

31 Juli 1926

Sedari tadi menunggui membuat Sim Deok merasa bosan, “Selagi menunggumu, aku memikirkan sebuah puisi..”


“..Kau mau dengar ?”

Woo Jin mengiyakan.


“Kehidupan berjalan di padang gurun yang luas..”

“..Di manakah tujuanmu ?..”

“..Di dunia yang sepi ini,, penuh dengan penderitaan yang kejam..”

“..Apa..”

“..Kau..”

“..Sudah mencarinya ?..”

“Itu saja. Hanya itu yang bisa kupikirkan”

Woo Jin tersenyum lalu melanjutkan, “Di dunia yang terbuat dari air mata ini..”

“..Akankah kematianku benar – benar menjadi akhir dari segalanya ?..”

“..Untukmu yang mencari kebahagiaan..”

“..Hanya kesia – siaan yang menantimu”


Sim Deok kembali mendapat ide, “Bunga – bunga yang tersenyum itu..”

“..Dan burung yang menangis..”

“..Semua berbagi..”

“..Nasib yang sama”

Woo Jin meneruskan, “Kehidupan yang menyedihkan tenggelam dalam kehidupan..”

“..Kau lah satu – satunya..”

“..Yang menari di atas pisau”


Sim Deok diam, perlahan ia mulai memejamkan mata.


Esoknya Sim Deok melakukan rekaman diiringi piano Seong Deok. Pria yang tampak seperti pihak yang akan menerbitkan album rekaman Sim Deok memuji hasil kerja mereka berdua.


Sim Deok tiba – tiba berucap, “Pak, jika tidak keberatan..”

“..Bolehkah aku menyanyikan satu lagu lagi ?”

“Tentu saja boleh. Apa judul lagunya ?”


Seong Deok memperhatikan sementara Sim Deok menjawab, “Hymn of Death”


Sim Deok mengantar kepulangan sang adik di dermaga. Ia  berpesan jika ada uang di laci lemari bawah. Sim Deok meminta Seong Deok menyerahkan uang itu pada ibu.

“Kenapa kau tidak memberikannya sendiri padanya ?”

“Kau akan pulang sebelum aku”

“A..a.. Lalu kapan kau akan pulang ?”


Sim Deok menatap sendu, ia tak menjawab sebelum akhirnya menyuruh sang adik segera naik kapal.

“Baiklah. Aku pergi dulu. Kau juga cepatlah pulang”


Seong Deok pergi. Sim Deok kembali memanggil namanya hingga membuat wanita muda itu berbalik.

“Sampai jumpa”


Seong Deok tersenyum, ia hanya membalas dengan lambaian tangan.


Sepertinya 5 hari telah berlalu karena kini Hae Sung sudah tiba di Osaka, tempat yang dijanjikan Woo Jin. Di dalam ruangan itu Hae Sung melihat 5 tumpukan naskah drama. Hae Sung membuka lembar demi lembar lalu bergumam penuh prasangka, “Woo Jin..”

“Semua yang tersisa di sini adalah tulisanmu..”

“..Kau mau pergi kemana ?”


Woo Jin dan Sim Deok bersiap bepergian. Petugas Feri (petugas di pembuka ep 1) menanyakan namanya. Woo Jin menjawab, “Kim Soo San..”

“..Namaku Kim Soo San”

Sim Deok sontak melirik sebelum akhirnya petugas menanyakan namanya.

“Aku...aku Yun Soo Sun”

“Tangga di sini cukup curam. Hati – hati saat anda berjalan”, peringati sang petugas.

“Hai, arigatou gozaimasu..”


Sim Deok melamun ke arah lautan. Woo Jin menghampiri menanyakan apa yang tengah dia pikirkan.

“Aku hanya penasaran apa ada sesuatu yang ketinggalan”

“Jadi ? Kau melupakan sesuatu ?”

Sim Deok menggeleng tersenyum, “Aku terus berpikir dan sepertinya tidak ada...”

“..Bagaimana denganmu ?”


“Aku juga tidak demikian”


Di dalam kamar kabin, Sim Deok mulai memutar piringan hitam sementara Woo Jin sibuk menulis pesan. Terlihat lebaran uang dan jam tangan di sisi tangan kanan pria itu. Woo Jin meletakkan pulpen kemudian menghela nafas.


Sim Deok yang dari tadi duduk menunggui mengingatkan jika matahari akan segera terbit.

Woo Jin menoleh, ia memintanya menunggu sebentar. 


Woo Jin lanjut membuka koper untuk mengeluarkan topi hitam Sim Deok lalu memakaikannya.


Mereka saling melempar tatapan dalam waktu yang cukup lama hingga akhirnya Woo Jin berkata, “Sekarang ayo ..”


Mereka berdiri bersisian menikmati pemandangan perairan. Sim Deok membuka pembicaraan.

“Kau ingat ? Setelah pertunjukan terakhir kita di Gyeongseong, kita pergi ke pesta dansa bersama”

“Aku ingat. Kau berdansa dengan pria lain malam itu”


Sim Deok tertawa, sontak ia langsung melepas sepatu, “Aku akan menari bersamamu malam ini”


Woo Jin tersenyum, ia kemudian ikut melepas alas kaki. Kedua tangan saling bertautan. Mereka berdansa dengan sangat lihainya.

Narasi Woo Jin terdengar menemani penggalan – penggalan kenangan mereka (Woo Jin menarasikan puisinya yang ditulis pada ep 6 part 1, saat kedatangan Jeom Hyo, disambung ke penulisan tanggal ep 6 part 3, yang pas Sim Deok back hug), “Nama tak terlupakanmu..”

“..Jauh di hatiku..”

“..Namamu terukir, dan  aku merindukanmu”


Diam – diam dulu Woo Jin mencuri – curi kesepatan untuk mengambil foto Sim Deok yang tengah merasakan kebahagiaan.

“Kau membakar hatiku”


“Di hatiku kau menyalakan api cinta yang tak terpadamkan”


 “Sebelum namamu terlupakan..”

“..Aku merindukanmu lagi”


“Aa..Bahkan saat kematian..”

“..Aku akan memanggil namamu”


“Bahkan saat aku hidup..”

“..Hatiku merindukanmu”


“Sampai saat kematian..”

“Aku akan merindukanmu”


“Kau membakar hatiku..”


“..Di hatiku kau menyalakan..”


“..Api cinta yang tak terpadamkan..”


“..Sim Deok”


Dansa usai, Sim Deok menumpahkan seluruh tangisnya yang masih tersisa. Woo Jin mengangkat wajah Sim Deok lalu menghapus air matanya.


Woo Jin mendekat, ia memberikan ciuman pertama dan terakhirnya hanya untuk Sim Deok. 


Woo Jin menggenggam tangan Sim Deok, ia mengangguk seolah meyakinkan jika ujung kehidupan mereka tidak akan terasa menyakitkan.


Woo Jin membimbing arah, ia menggandeng Sim Deok mendekati lautan.




-.- END -.-


“Kau hidup dengan benar ?”

“Tidak, aku merindukan kematian saat aku ingin hidup dengan benar”

Dari Puisi : The Theory of Death and Life, 4 Mei 1926




Readers..
Setelah berhasil menyelesaikan web drama ini jujur aku kecewa karena tak sesuai ekspektasi.
Sebelum aku nonton biasanya aku selalu cek rating di drama list. Praise of death ratingnya lumayan, 8.5, jadi aku berani ngambil drama ini buat dijadiin cerita.

Tapi itu semua kembali lagi pada tiap individu. Aku pribadi suka berbagai genre drama kecuali kalau kisah romancenya tarik ulur kebangetan, eg : suspicious partner, praise of death.
Bukan berarti aku haters para main role di drama itu yah...
Aku suka Ji Chang Wook, Nam Ji Hyun, Shin Hye Sun, mau pun Lee Jong Suk. Aku gak ada masalah sama aktor-aktrisnya cuma sama jalan ceritanya aja.

Aku lebih suka karakter ceria dan chemistry Shin Hye Sun bersama Yang Se Jong di drama 30 but 17..
Oh yah,, bagi kalian penggemar Lee Jong Suk yang gak pernah lihat dia jadi antagonis, bolehlah nonton film V.I.P 

Satu lagi, kalau kalian pingin nonton genre melodrama aku rekomendasiin nonton drama Misty..