Ms.Ma Goddess of Revenge (Ms.Ma Nemesis) Episode 14 Part 2~ by2206am

Ms.Ma Goddess of Revenge (Ms.Ma Nemesis) Episode 14 Part 2~ by2206am


Sesaat kemudian  Sutradara Sung dan Gi Baek menyampaikan hasil  perundingan barusan. Jung Hee menyentak marah. Soo Jung yang ada disana memperhatikan penuh tawa tanpa ikut bersuara.

Sutradara Sung menjelaskan jika hanya ini pilihan yang tersisa karena nyawa Jung Hee dalam bahaya.

“Tidak bisa !! Innocence ini filmku !!”

“Kami memutuskan ini demi kamu”, ucap Gi Baek.


Jung Hee memelas memegangi tangan Gi Baek, “Kamu tahu berapa kama aku menunggu film ini bukan ?..”

“..Aku akhirnya bisa berakting lagi tapi kamu menyuruhku berhenti ?!..”

“..Jangan bilang begitu !”


Sutradara Sung menguatkan jika Jung Hee nanti masih bisa berakting di film lainnya.

Jung Hee makin mengamuk, “Kapan ? Aku pernah menyerah sekali dan menunggu sembilan tahun !”

“Ini berbeda”

“Apa bedanya ?”, Jung Hee memeluk naskah, ia mengatakan jika dirinya sudah menganggap buku naskah innocence seperti anaknya, “Kudapatkan naskahnya tahun lalu dan kamu tahu betapa senangnya aku ??..”

“..Kamu mau aku merelakan ini sekarang ??..”

“..Teganya kamu mengatakan itu..”


Jung Hee kembali merajuk, “Pak Koo, jika aku menyerah lagi aku perlu menunggu sembilan..”

“..Tidak mungkin saja akan lebih lama. Akankah aku..”

“..Akanlah aku mendapat kesempatan berakting lagi ?”, tanya Jung Hee yang mulai menangis.

Gi Baek menatap nanar, Jung Hee meneruskan, “Jika keluar dari film ini..”

“..Aku tidak akan punya kekuatan atau alasan untuk hidup lagi. Kumohon....”

“..Meski pun aku mati,, lebih baik aku mati di depan kamera. Pak Koo..”

“..Kumohon..”


Gi Baek dan Sutradara Sung hanya mampu menghela nafas bingung mengambil keputusan karena kekeras kepalaan Jung Hee. Soo Jung langsung bergumam mengumpatinya bodoh.


Mereka memilih melanjutkan obrolan di lorong RS. Soo Jung sedari tadi mengembangkan senyum di atas kebimbangan dua orang laki – laki paruh baya itu.

Gi Baek beranggapan jika sudah tidak ada jalan lain selain memenuhi keinginan Jung Hee, “Ayo lanjutkan rapat investornya..”

“..Pekerjakan lebih banyak sekuriti. Akan kuatur buget lebih besar..”

“..Pekerjakan juga pengawal pribadi untuk Jung Hee”

Sutradara Sung setuju, “Akan kucari sendiri orangnya”

“Kamu mengenal seseorang ?”. Sutradara Sung mengangguk pasti.


Mal Goo keluar rumah. Sutradara Sung membungkuk mengenalkan diri, “Presdir Jang ada di dalam ?”


Sutradara Sung membuka pembicaraan, ternyata ia dulu pernah menjalin hubungan kerja dengan kakek Jang, “Sudah lama tidak jumpa presdir Jang”

Awalnya kakek Jang gagal mengingat namun setelah sutradara Sung menyebutkan film pertama garapannya “Cold-blooded City”, kakek Jang dengan gerakan tangan menyuruhnya mendekat dan langsung memberinya tamparan. Mal Goo sampai terkejut tapi memilih tak ikut campur sementara Sutradara Sung tenang tak mempermasalahkan.

“Tiga anak buahku masuk ke Rumah Duka karena filmmu..”

“..Dasar berandal tidak tahu diri”


Sedetik setelah marah, Kakek Jang mengelus pipi bekas tamparan, “Jika kau mengirimku ke sana, kamu pasti sudah menjual 10 juta kursi berandal..”

“..Sudah 15 tahun berlalu, ya ?..”

“..Saat itu kamu mau meliput kisahku”

Sutradara Sung tersenyum mengiyakan. Ia lanjut menanyakan keberadaan putra kakek Jang membuat Mal Goo melirik waswas.


Sementara Kakek Jang memilih mengalihkan topik, “Ada apa kamu kemari ?..”

“..Kurasa kamu tidak kemari untuk meminta tamparan pipi”

“Aku malu mengatakan ini, tapi aku butuh bantuan anda”

“Kamu membutuhkan apa dari pria tua yang sudah sekarat ?”


Sutradara Sung memberitahu jika istrinya dalam bahaya. Kakek Jang yang kehilangan penglihatan seolah bisa merasakan keberadaan Mal Goo, ia tidak menjawab dan hanya mengarahkan tatapan penuh makna pada Mal Goo.


Sutradara Sung kembali ke RS, ia membantu Jung Hee berkemas sekaligus memberitahunya jika ia punya kenalan yang bisa diandalkan sebagai pengawal.

Jung Hee menolak sopan, ia risih jika ada orang di dekatnya selain sutradara Sung.


Sutradara Sung tak bisa memaksa, ia keluar. Ternyata di sana ada Mal Goo yang sudah menunggui dengan setelan jas rapi.

“Aku minta maaf, seharusnya kuberitahu istriku lebih dahulu”

“Tidak apa - apa”

Sutradara Sung berkata jika dirinya nanti yang akan menjelaskan hal ini pada kakek Jang.


Mal Goo setuju. Ia kemudian minta diizinkan untuk bicara empat mata dengan Jung Hee karena ada sesuatu yang ingin diberikan. Sutradara Sung tersenyum memperbolehkan.


Jung Hee kaget melihat Mal Goo. Tanpa bosa – basi Mal Goo langsung mengambil dan menyodorkan kalung memori Seung Tae. Jung Hee makin tertegun, hingga akhirnya Mal Goo berkata, “Ahn Seung Tae menyimpannya”

“Bagaimana kamu bisa...”


“Katanya tidak ada salinan lain. Kurasa dia berkata jujur”. Urusan selesai, Mal Goo membungkuk pamit.


Jung Hee menghela nafas lega sambil menggenggam erat benda pemberian Mal Goo.


Di luar RS, sutradara Sung memanggil dan mengejar Mal Goo yang sudah berjarak jauh. Mal Goo berhenti, Sutradara Sung menanyakan apa yang telah terjadi karena tiba – tiba Jung Hee mengatakan jika dirinya mempercayai Mal Goo.


“Tidak ada apa - apa”, jawab ketus Mal Goo yang bergegas melancong pergi.

“Koo Mal Goo ssi..”

Mal Goo berbalik.


“..Ini kali terakhirku membiarkanmu menyimpan rahasia dariku”


Sutradara Sung mengulurkan tangan, Mal Goo menyeringai sebelum akhirnya memberi balasan jabatan.


Polisi mulai mengusut TKP teror boneka berdarah. Ms Ma memperhatikan proses penyelidikan dari kejauhan.


Namun ia akhirnya mendekat saat melihat Do Hwan mententeng salah satu barang bukti.  Dari seberang garis polisi Ms Ma akhirnya bisa mengamati lebih jelas bongkahan batu itu.


Pemeriksaan TKP usai. Ms Ma berjalan membuntuti polisi Jo dan Do Hwan.

Di halaman langkah Ms Ma melambat karena ia mengedarkan pandangan mencoba menemukan sesuatu.

Ms Ma berhenti, matanya fokus menatap deretan bongkahan batu taman.


Polisi Jo heran melihat gelagatnya, “Heii,, Kau mau tetap tinggal di rumah kosong ini sendirian ?”

Ms Ma mengabaikan. Do Hwan pamit pulang.

“Hei kamu belum boleh pulang !..”

“..Kamu harus ke BFN dan hubungi aku jika hasil tesnya sudah keluar !”


Do Hwan berasalan jika ia memiliki janji temu di rumah sakit. Polisi Jo terus saja memprotes membuat Do Hwan berlari menjauh. Polisi Jo bergegas mengejar.


Terlihat bayangan seseorang yang diam – diam memperhatikan Ms Ma yang masih sibuk menjelajahi halaman.


Ms Ma menerangi jejeran bongkahan batu dengan senter ponsel. Ia mendapati satu batu menghilang.

Ms Ma segera bersembunyi setelah menyadari jika dirinya tengah diikuti.


Di saat orang misterius itu lengah, Ms Ma muncul dari belakang dan langsung mencekik orang itu lalu membantingnya ke tanah.

Lokasi yang gelap membatasi kemampuan penglihatan. Eun Ji yang baru tiba langsung berteriak memanggil nama Ms Ma.


Cahaya ponsel Eun Ji membuat Ms Ma tersadar dan bergegas melepas jeratan. Beruntung nyawa Mal Goo belum melayang.




Mal Goo kembali dengan langkah cepat, ia terlalu malu karena berhasil ditumbangkan oleh seorang waniita.

Eun Ji memegangi lengan mencegahnya masuk rumah. Mal Goo sontak menepis kasar.

Ms Ma merasa tak enak, ia meminta maaf, “Tadi gelap sekali”


Mal Goo mengacuhkan, ia terus – menerus memegangi leher. Eun Ji menyibak kemejanya, “Biar kulihat. Kamu harus memakai salep”

“Kubilang lupakan saja. Pulanglah !!!”


Di dalam Mal Goo memukul – mukulkan kepala karena rasa gengsinya yang luar biasa tinggi.


Ms Ma frustasi, Eun Ji menyodorkan minuman, “Astaga.. bibi memang luar biasa..”

“..Dimana bibi mempelajari hal – hal semacam itu ?”

Ms Ma marah, “Kalian berdua sedang apa disana pukul sebegini ??”

“Mal Goo dipekerjakan sebagai pengawal..”

“..Dia pengawal Lee Jung Hee”


Ms Ma terperangah sesaat sebelum akhirnya ia bingung harus berbuat apa karena tragedi tadi.

“Bagaimana lagi ? Bibi harus menemuinya besok dan minta maaf dengan tulus..”

“..Ah tidak – tidak, sebaiknya tidak usah. Itu malah makin mengesalkan..”

“..Maksudku coba pikirkan. Dia bukan sembarang pria..”

“..Dia Mal Goo, tapi melawan balik saja tidak bisa..”

“..Gara – gara wanita paruh baya”


Ms Ma melirik sebal membuat Eun Ji berusaha menyembunyikan senyuman.


Esoknya Mi Young menyambut kedatangan pak Kim seorang Investor dari Boston. Ia lanjut menyuruh bawahannya mengantar pak Kim ke dalam.


Di taman terlihat Ms Ma masih berusaha menemukan sesuatu. Ia kemudian sedikit membungkukkan badan untuk memastikan penglihatan karena ia mendapati batu baru yang mengisi celah jejeran bongkahan batu taman.


Fokus Ms Ma pecah karena sapaan singkat Soo Jung.


Soo Jung pergi gantian Eun Ji yang datang dan langsung menggodanya, “Bibi kemari untuk menemui Mal Goo ??”

“Tidak, aku mau memeriksa sesuatu”

“Sungguh ?”


Yang dibicarakan tiba – tiba melintas bersama Jung Hee. Eun Ji melambai tapi masih juga diabaikan.

Eun Ji berpikir jika Mal Goo pasti masih sangat marah.


Di luar gerbang, Mi Young memberi salam hormat pada Cheol Min yang baru saja tiba.

Cheol Min menanyakan keberadaan sutradara Sung.

“Dia sudah menunggu di dalam”

Mi Young melirik det Han. Cheol Min mengatakan jika dia kenalanya. Akhirnya Mi Young mempersilahkan mereka masuk.


Eun Ji yang tengah berkeliling membawa nampan tersentak melihat Cheol Min.


Ms Ma ada di lantai atas, ia berkacak pinggang mengamati aktifitas tamu undangan. Eun Ji menelpon, dengan panik ia memberitahu dua orang yang baru saja dilihatnya.


Ms Ma melonggok dan mendapati Cheol Min serta det Han yang berjalan makin mendekat. Sontak ia langsung menyembunyikan diri.

Det Han mengajak Cheol Min naik ke lantai dua setelah menayakan keberadaan penulis Ma pada pelayan.


Ms Ma berusaha mengatur nafas keterketujan sementara Eun Ji yang belum mengetahui situasi genting terus bicara, “Bukankah pria  di sebelahnya adalah suami bibi ?”


Ms Ma bergegas menuju tangga, tapi terlambat karena dua orang itu kini sudah ada di ujung tangga bawah.

Cheol Min berhenti ia bertanya kenapa det Han membawanya ke lantai dua padahal Jung Hee ada di taman.

“Ada seseorang yang harus anda temui dulu. Ayo lewat sini”


Ms Ma berlari sekuat tenaga. Tidak ada tempat lain yang bisa dituju selain tempat awal dimana dia tadi berkacak pinggang. Topi di tangannya terjatuh, tubuh Ms Ma mulai gemetar kepanikan.


Bersambung...