Mr. Sunshine Episode 3 Part 1 ~ by2206am

Mr. Sunshine Episode 3 Part 1 ~ by2206am

-.- Episode 3 -.-


Mereka saling menurunkan tangan. Eugene memberi tatapan keingintahuan sementara Ae Shin melempar sorotan tajam.

“Siapa kau ?”

“Itu bukan urusan orang asing !..”

“..Izinkan aku bertanya, siapa kau ? Bandit kebenaran ? Pasukan kebenaran ?”

“Jika itu benar, apa berarti kita sekutu ?”, tanya Eugene.


“Aku tidak mengerti maksudmu..”

“..Maafkan ketidaktahuanku ini, aku hanya tahu melukis..”

“..Apa yang kau lakukan disini ? Kau pasti lebih dari juru bahasa. Jika kau konsul....”


Eugene menyela, “Hanya aku yang berhak tanya”

Ae Shin terperangah mendapati pernyataan ketus Eugene. Ditambah Eugene menyuruhnya bergegas pergi hingga membuat Ae Shin tak bisa berkata – kata.

Eugene memperhatikan Ae Shin yang melangkah memasuki tandu. Ia mulai mengintrogasi Kwan Soo yang ada di sampingnya.

“Apa alasannya ?”

“Ye ? Alasan untuk apa ?”

“Wanita yang kau panggil nona itu..”

“..Kenapa semua orang kenal dia dan melindunginya ?”


Kwan Soo tersadar, “Aaa... Putri Ae Shin. Aku lupa menjelaskan pada anda..”

“..Nona Ae Shin adalah putri bungsu keluarga Go yang bergengsi..”

“..Dia seorang bangsawan”


Eugene masih belum melepas pandangannya pada tandu Ae Shin yang semakin menjauh sementara penjelasan Kwan Soo mengiringi penggalan – penggalan pengenalan kehidupan Ae Shin.


“Kakeknya tuan Go Sa Hong..”

”..Beliau bukan hanya guru Yang Mulia tapi juga Pejabat Integritas."

Terlihat kakek Go memberikan pengajaran pada Raja bukan setahun dua tahun tapi bertahun – tahun. Sang raja muda pun kini tampak lebih bijaksana.


“Selama masa kelaparan, dia memberi makan rakyat..”

“..Dengan beras dari lumbung pribadi keluarga Go..”

“..Semua orang di desa – desa sekitarnya berutang nyawa padanya”

Bu Haman sibuk menanak makanan di halaman depan kediaman kakek Go sementara Ae Shin berdiri mematung di depannya.


“Anda sudah lihat sendiri..”

“..Dia seorang wanita muda yang cantik yang tidak terpengaruh dunia luar”

“Tidak heran semua orang di Hanseong memujanya”, celetuk Kwan Soo penuh rasa kagum membuat Eugene menoleh ke arahnnya

Kwan Soo heran karena Eugene terlihat bingung.


“Tidak terpengaruh dunia luar ?”

“Yeeeee, Tuan. Kehidupannya sangat tertutup. Astagaaaa”, jelas Kwan Soo dengan gaya genit. Eugene geli melihatnya, sebelum beranjak ia menampik tangan Kwan Soo.


“Punya masalah denganku ? Aku melakukan kesalahan tuan ? Tuan..”, ucap Kwan Soo yang tak sadar diri akan aegyo mengerikannya. Ia kemudian mengejar tuan yang selalu mengabaikan dirinya.


Di dalam tandu Ae Shin sibuk memperagakan gerakan tangan Eugene saat menutupi sebagian wajahnya, sebelum akhirnya suara lonceng kereta membuatnya penasaran.


Ae Shin membuka jendela, ia melonggokkan kepala memperhatikan kereta yang baru saja melintas.

Ah Beom menggerutukan bunyi kereta yang sangat berisik.

Bu Haman membenarkan, “Dari yang aku dengar, penarik becak kehilangan banyak penumpang karenanya..”

“..Selain itu penjual permen kapas dan gula - gula di Jingogae gulung tikar karenanya..”


Bu Haman tertawa mengejek setelah melihat wajah Ah Beom diikuti tawa Ae Shin, sepertinya dulu Ah Beom pernah bekerja sebagai penjual permen tapi usahanya gagal total hingga ia kini menjadi seorang pelayan.


Ae Shin memanggil bu Haman, ia menyuruh pengawal memutar arah tandu.

“Kenapa ? Nona mau ke suatu tempat ?”

“Mendengar katamu tadi, aku mau ke Jingogae untuk beli permen”


Bu Haman protes karena harga permen di sana sangat mahal, tapi sepersekian detik kemudian ia berubah semangat dan langsung memerintah pengawal membawa tandu menuju Toko Roti Prancis.

Ae Shin lagi – lagi tertawa karena bu Haman seolah menolak padahal sangat menginginkan camilan.


Ae Sun melirik tandu Ae Shin yang baru saja lewat. Ia berjalan sumringah menuju toko ‘Apapun yang Kau Mau’, untuk menjual cincin giok.


“Aku mau uang banyak dan cepat. Ini mendesak”


Il Sik sok meramalkan peruntungan Ae Sun, “Sepertinya hari ini, anda akan kehilangan banyak uang  dengan cara yang cepat juga..”

“..Aku sudah punya semua harta anda, jadi anda tinggal pindah kemari” :D

“Lancang ! Kau bicara dengan siapa ?..”

“..Astaga. Berikan saja uangnya cepat”


“Maaf aku tidak bisa menerima ini..”

“..Bu Haman sudah datang tiga kali untuk mencari ini..” :D

“..Artinya Ny Jo sudah tahu”


Ae Sun mulai mengkerut, “Apa ? Lalu aku harus bagaimana ?..”

“..Aku harus ambil kembali barang - barangku”


Choon Shik yang belum tahu topik pembahasan ikut menyahut, “Apa ? Apa yang anda tinggalkan ? Mau kuambilkan ?”

Il Sik mencoba memberi tips perjudian, “Nona,, ini kata – kata orang bijak..”

“’Di dalam suatu permainan, jika kau tidak tahu siapa yang di permainkan, mungkin kau....”

Belum juga selesai bicara Ae Sun menyela karena tak mengerti, “Apa ? Katakan sekali lagi !”


Il Sik tak sadar malah mengeraskan suaranya hingga Ae Sun kembali menyentak, “Lancang !!

Toko Roti Prancis

Ae Shin takjub akan kenikmatan gula – gula keras Prancis. Bu Haman dan Ah Beok juga terlihat menyukainya.


Dong Mae yang tengah duduk memunggungi Hotaru, sang peramal tarot tak sengaja melihat keberadaan Ae Shin bersama kawanan.


Tatapan Dong Mae terlihat sangat memerihkan ia mulai bercerita pada Hotaru yang sibuk mengacak kartu, “Kau tahu,, Di Joseon..”

“..Ada orang – orang yang harus berlutut..”

“..Bahkan di depan rakyat jelata”

Flashback

Dong Mae kecil berlutut bersisian dengan sang ibu. Tubuh kedua orang itu sangatlah lusuh. Dong Mae melirik pilu ibunya.

Narasi Dong Mae dewasa, “Terlebih lagi mereka dilarang bicara..”

“..Sebelum mereka diajak bicara..”

Dua orang wanita paruh baya di depan menikmati kelezatan kentang manis di atas penderitaan dua orang.

“Kentang yang enak”

“Emm.. Di musim dingin, tidak ada kudapan yang lebih enak dari kentang rebus”


Salah seorang lagi datang sambil mententeng bak berisi air kotor lalu menyiramkannya pada Dong Mae dan sang ibu, “Rasakan !!”

“Di Joseon mereka disebut jagal”


“Beraninya jagal seperti kalian menginjakkan kaki di pasar !!”

“Benar, dasar wanita j”””ng”

Ibu Dong Mae mulai bersuara, “Kami datang meminta uang, anda belum membayar daging”.


Ibu Dong Mae mengangkat wajahnya, “Aku mohon, bayar kami”

“Kurang ajar, beraninya kau memandangku !!! Dasar tidak tahu diri !!!”

Bibi penyiram langsung memukulkan bak airnya sampai membuat tubuh ibu Dong Mae tersungkur.


Dong Mae memegangi lengan wanita kejam itu, meminta agar ibunya tak disakiti.

Bibi itu malah melempar lalu menendangi tubuh lemah Dong Mae, “Apa – apaan ini ?!! Beraninya kau menyentuhku dengan tangan kotor !!!!”

Dua bibi penikmat kentang ikut memberi pukulan. Ibu Dong Mae menjadikan tubuhnya sebagai tameng untuk melindungi sang anak.



Malam hari konflik makin memuncak saat seorang lelaki  berakal sehat meruntuhkan kehormatan ibu Dong Mae. Ternyata Dong Mae dan ayah ada di luar mengetahui semua perlakuan tak senonoh yang harus diterima sang ibu namun mereka tak memiliki kuasa untuk menghentikan atau melakukan perlawanan sebab strata kedudukannya sebagai jagal sudah dianggap hina oleh masyarakat.


“Jagal memegang pisau di tangannya..”

“..Tapi tidak dapat dipakai melawan..”

“..Tiap malam penuh penghinaan”

Dong Mae bertanya pada ayahnya yang sibuk memotongi daging, “Apa artinya menjadi jagal ?”


Ayah mengacuhkan. Dong Mae makin mengeraskan suara, “Aku siapa ?”

“Kenapa kalian melahirkanku jika aku diperlakukan seperti ini ?!!!!”

Flashback End

“Demi menyelamatkan anak mereka, para ibu di Joseon rela...”

Adegan beralih ke perjuangan tiga ibu yang berakhir tragis.


“Bunuh diri”


“Dibunuh”


“Atau...”

“Membuang anaknya”

Setelah kehormatannya sebagai wanita dihancurkan, esoknya ibu Dong Mae yang wajahnya penuh cipratan darah mengacungkan pisau ke arah Dong Mae.

“Pergi !”

“Pergi !!!! Matilah di jalanan, jadilah pengembara atau bergabunglah dengan bandit !!..”

“..Jangan pernah muncul di hadapanku lagi !!!!”

Dong Mae masih tercengang sementara mata pisau semakin mendekat, “Aku muak melihat seorang jagal lagi !!!..”

“..Aku tidak mau melihatmu. Enyahlaah !!!!..”

“Pergi sebelum aku membunuhmu !!!!”, teriak sang ibu yang langsung menggoreskan ujung pisau ke dahi Dong Mae.


Dong Mae terjerembab menahan sakit, sebelum akhirnya ia balik menyentak, “Baik, aku akan pergi !!”

Dong Mae bangkit, “Aku tidak akan kembali !! Aku tidak akan pernah kembali !!!!”


Ibu mulai menangis, Dong Mae meneruskan amukan, “Aku juga tudak menginginkan orang tua jagal !!!”


Dong Mae berlari gesit, ia berpapasan dengan ayah tapi ayah tak mengejarnya. Ayah memilih menghampiri ibu yang terduduk lemas di tanah usai menjatuhkan pisau. Pandangan ibu tak bisa lepas dari Dong Mae yang jaraknya makin jauh.


Ibu terisak menggumamkan nama sang anak sementara ayah kehilangan keseimbangan tubuh setelah melihat pria kemarin malam mati berlumuran darah.


Hotaru membuka satu kartu tarot.

Dong Mae masih lanjut menceritakan kisah hidupnya, “Tahukah kau hal pertama yang kulakukan setelah datang ke Joseon ?”


Hotaru menoleh.

“Aku beritahu semua orang bahwa aku anak jagal yang melarikan diri..”

“..Tidak seperti ayahku..”

“..Aku bisa membantai siapa saja..”

Flashback

Dong Mae melintasi jalanan bersama pasukan. Semua penduduk sontak berlari karena mendeteksi ancaman.


Sesaat kemudian bibi penyiram air kotoran yang baru pulang terbelalak menjatuhkan keranjang setelah melihat dua temannya berlutut ketakutan di hadapan Dong Mae.

Bibi itu berencana kabur tapi dua anak buah Dong Mae menghadangnya dengan acungan senjata. Saat menoleh ke belakang, ia mendapati dua temannya tergeletak usai dibantai oleh ayunan samurai.


Bibi penyiram lari, ia berlutut memohon agar Dong Mae tak menghilangkan nyawanya, “Maafkan aku..”

“..Maaf atas semua kesalahanku..”

“..Aku mohon padamu..”

“..Kumohon jangan ambil nyawaku”

Bibi bersujud penuh kengerian ke tanah, “Ku mohon Dong Mae”


Dong Mae menatap bengis, “Baiklah..”

“..Kau boleh hidup”

Bibi merasa lega, “Sungguh ?? Dong Mae..”


Tapi beberapa detik kemudian dua anak buah Dong Mae memberdirikan tubuh bibi penyiram sebelum akhirnya Yoo Jo mengiris pembuluh darah kaki wanita itu.

Bibi berguling di tanah, ia menjerit kesakitan.


“Selamanya kau akan merangkak seperti an”””g..”

“..Kau tidak akan bisa lari lagi..”

“..Kau akan mengemis di jalanan seumur hidupmu..”

“..Hingga akhirnya kau berfikir bahwa lebih baik kau mati. Seperti itulah..”

“..Kau akan hidup”


Pasukan Dong Mae lanjut membakar habis kediaman tiga bibi jahat.

Flashback End

Dong Mae kini berdiri di lantai atas, matanya masih fokus memperhatikan tawa Ae Shin. Samar – samar ia mendengar percakapan menjijikkan dua orang laki – laki.

“Dari seklilas, kita bisa tahu wanita ja”””g Joseon itu bangsawan..”

“..Bangsawan wanita Joseon mudah dipermainkan..”

“..Setelah kita mendapatkan mereka..”

“..Mereka akan bunuh diri”

“Praktis sekaliii...”

“Jika mereka bunuh diri kita tidak perlu repot. Hahahahaaaaa”


Dong Mae geram. Ia menanyakan ramalannya hari ini. Hotaru segera membalik dua kartu lain, ia kemudian menuliskan hasilnya di lembaran buku, “Reuni : Mereka tidak Boleh Bertemu”


Dong Mae tersenyum memuji kehebatan Hotaru sebelum akhirnya meloncat dari lantai dua.


Dong Mae menumpas mati orang – orang tadi.

Bu Haman panik, ia segera menutupi mata Ae Shin, “Jangan lihat nona, itu pemandangan mengerikan !”

Wajah Dong Mae terkena muncratan darah. Ae Shin terbelalak. Bu Haman mengingat sesuatu, “Bukankah itu pria dari tandu ?..”

“..Nona telah menyelamatkan nyawanya..”

Ae Shin melempar tatap keterkejutan.

Sekelebat ingatan muncul, meski belum terkisah jelas, nampak mereka menyimpan masa lalu kelam.


Suatu ketika Ae Shin kecil membuka jendela tandu, hal pertama yang ia lihat adalah wajah Dong Mae dengan luka sayatan di dahi.


Entah apa yang mereka permasalahkan karena di dalam tandu situasi terlihat memprihatinkan. Ae Shin menahan tangis sembari mencengkram marah gaunnya.